Sabtu, 24 Juli 2010

mengabdi dengan pena

Pengabdian, merupakan esensi kehidupan. Di mana pun, kapan pun selama kita hidup, sejatinya kita sedang mengabdi. Karena memang, pengabdian itu sendiri merupakan fitrah dari manusia yang memiliki peran sebagai hamba Allah.

QS Adz-Dzariyaat (51) : 56

dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.


Maka, segala kegiatan dalam hidup kita hendaknya menjad bentuk pengabdian kita kepada-Nya. Tentu saja, kita bisa mengabdi dengan pena kita.

Ya, menulislah yang saya maksud. Menulis dimana ini merupakan kegiatan menuangkan isi pikiran dan hati ke media tertulis ini memiliki kekuatan yang sangat luar biasa yang mungkin terkadang tidak kita sadari kekuatan ini.

Menjadi seorang penulis tidak berbeda jauh dengan menjadi seorang pemimpin. Karena seorang pemimpin bagi saya adalah seorang inspirator. Mirip bukan?? Di mana seorang penulis menginspirasi banyak orang tidak hanya yang dikenal bahkan sampai orang yang tak dikenal pun terinspirasi. Bahkan mungkin bisa menjadi satu visi dengan penulis. Terasa luar biasa bukan kekuatan dari kegiatan menulis??

Bayangkan, sebagaimana besar tanggung jawab dari seorang penulis. Ia terkadang harus menerima berbagai macam serangan, kritikan, dan cemoohan. Ia menjadi ‘sasaran’ tembak bagi sekelilingnya. Pekerjaan seperti inilah yang dihindari kebanyakan orang. Karena sekali lagi, tanggung jawabnya memang sangat besar. Namun tenang kawan, izinkan saya mengutip untaian kata yang indah berikut ini

QS Al-Insyiraah (94) : 5-6


karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.


“Tiga jenis manusia yang akan mendapatkan pertolongan Allah; (1) orang yang memperjuangkan agama Allah, (2) penulis yang senantiasa memberikan penawar, (3) orang yang menyegerakan menikah demi menjaga kehormatannya.” (HR Thabrani)


Sungguh luar biasa bukan seorang penulis itu?? Maka perjuangkanlah agama Allah, jadilah penulis, kemudian menikah (lohh??). Di balik tanggung jawab yang besar, percayalah di baliknya terdapat manfaat yang sangat besar.

Kekuatan menulis tidak hanya itu. Bayangkan kawan, kekuatan menulis bahkan sampai bisa membuat sebuah NEGARA. Bagaimana bisa?? Tahu negara Israel?? Negara yang selalu gencar-gencarnya menghajar Palestina ini berdiri karena inspirasi yang tersimpan dalam BUKU. Buku yang menginspirasinya adalah Der Judenstaat (The Jewish Sate) dan Altneuland (Old New Land) karangan Theodore Herzl (memiliki nama lain Benyamin Se’eb). Buku inilah yang menginspirasi berdirinya negara Israel dengan mengambil hak Palestina. Barangkali tanpa buku ini, mungkin Israel belum terbentuk sampai sekarang. (Kalau yang pengen baca, bisa googling ‘Der Judenstaat’ untuk ebook gratisnya. Cuma sayang, bahasa Jerman euy)

Mungkinkah hanya dengan tulisan kita mampu menyelamatkan Palestina?? Mungkin saja. Karena bila melihat contoh barusan, kegiatan menulis ini layaknya seperti bola salju. Bola salju yang semula kecil yang menggelinding ke bawah lama-kelamaan akan menjadi besar. Sesuatu yang sangat simple kita kerjakan, dampaknya bisa menjadi besar di kemudian hari. Bila maksud untuk menulis kita untuk beribadah, untuk mengabdi, percayalah bahwa dampaknya kelak insya Allah akan sangat besar. Insya Allah memberikan rahmat bagi semesta alam. Setting kaum rahmataan lil ‘aalamiin akan sangat terasa ‘hanya’ karena kegiatan menulis ini.

Mengabdi dengan pena(keyboard)?? Mulailah dari SEKARANG!!

“TINTA ULAMA ITU SAMA DENGAN DARAH SYUHADA”
(AHLI HIKMAH)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Ikhsanun Kamil Pratama © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates