Selasa, 29 Maret 2011

mari berdifusi!!

0komentar

Pastinya, anda pernah membuat kopi dong. Yang di mana proses pembuatannya sangat mudah, yaitu cukup dengan menuangkan beberapa sendok teh kopi ke dalam cangkir yang berisi air panas, dan tak lupa untuk mengaduknya. It’s so simple.

Namun di balik kesimpelan proses di atas, ternyata tersembunyi sebuah proses yang luar biasa dahsyat, bahkan sangat dahsyat. Terutama pada saat kopi mulai masuk ke dalam air. Apa yang kira-kira akan terjadi? Air tersebut secara perlahan-lahan mulai menjadi warna kopi. Hal ini terjadi karena kopi yang semula berada di satu tempat menyebar kemana-mana. Proses inilah yang disebut difusi. Yang dimana proses ini merupakan perpindahan zat dari suatu konsentrasi yang tinggi menuju konsentrasi yang rendah.

Maksudnya kurang lebih seperti ini. Bahwa semula air tidak memiliki konsentrasi sang kopi, sementara kopi betul-betul terpusat pada sendok teh, yang dalam bahasa ilmiahnya, kopi pada sendok teh memiliki konsentrasi tertinggi. Saat mereka bercampur, kopi mulai menyebar ke daerah-daerah di mana konsentrasi kopi rendah.

Bukankah proses ini menunjukkan kedermawanan?

Bayangkan saja, ia rela berbaur terhadap lingkungannya..

Yang semula ia kaya akan harta berupa ‘kopi’, ia berdifusi kepada yang tak mampu. Memberikan ‘hartanya’ sampai betul-betul tak ada superioritas yang tercipta, sampai semuanya betul-betul setara.

Yang semula ia kaya akan ‘ilmu’, ia berdifusi semampunya..

Yang semula ia tinggi kekuasaannya, namun ia gunakan superioritasnya itu untuk keadilan bersama…

Difusi merupakan proses kedermawanan

Apabila kopi tersebut tidak berdifusi, apakah masih nikmat untuk kau seduh?

Saya rasa, jawaban tersebut mutlak TIDAK. Karena di situlah indahnya proses difusi. Proses kedermawanan, simbol keadilan. The Power of Giving

Karena kita kan selalu kuat dengan menguatkan..

Karena kita kan selalu maju dengan memajukan..

Maka memberilah dan berdifusilah!!

Senin, 07 Maret 2011

malulah pada sperma!!

0komentar
Sperma…

Hmm apa yang terbayang dalam benakmu saat mendengar kata satu ini?? Sel ini merupakan sel yang diproduksi di dalam buah zakar pria. Sel ini merupakan jenis sel yang aktif bergerak. Bentuknya seperti berudu. Tersusun dari bagian kepala, bagian leher, dan bagian ekor. Pada bagian kepala inilah tersimpan informasi-informasi manusia dalam format DNA. Sedangkan pada bagian ekor, Allah mendesain bagian ini memiliki banyak mitokondria karena tugas dari ekor ini adalah untuk pergerakan si sperma. Maka jangan heran bila sel satu ini merupakan sel yang sangat lincah.

Sperma…

Cairan putih ini memiliki kekentalan yang cukup tinggi. Kekentalan ini dimaksudkan sebagai nutrisi bagi sel-sel sperma. Kekentalan ini pun Allah berikan agar sperma tersebut mampu untuk bertahan hidup di lingkungan rahim, lingkungan yang asing bagi dirinya. Karena lingkungan rahim sangat asam, sementara sperma sangat tidak tahan terhadap asam.

Sperma…

Makhluk satu ini sungguh tidak sayang nyawa. Meskipun kondisi lingkungan yang asam, ia senantiasa berlari meliuk-liuk di dalam rahim demi mengejar targetnya, sel ovum. Sungguh prinsip hidup yang dipegang sperma sangat luar biasa. ‘Just do or die! Don’t ask why!’. Karena prinsip hidup yang luar biasa inilah engkau dapat terlahir ke dunia ini. Engkau ada di dunia ini karena perjuangan yang sangat keras.

Kalau engkau tahu, tantangan sperma tidak hanya lingkungan yang asam. Namun juga serangan dahsyat dari sistem imun dalam kelamin wanita. Mengapa mereka diserang? Ooh jelas saja. Karena sperma merupakan produk luar tubuh sang empunya, sehingga sperma merupakan ‘barang asing’ yang perlu ditumpas. Sehingga, tantangan bagi sperma tidak hanya sekedar lingkungan kelamin dalam wanita yang asam.

Namun, apakah engkau pernah mendengar istilah ‘sperma pensiun’? Apa yang terjadi kalau sperma ogah-ogahan untuk bertindak? Maka, takkan ada dirimu di muka bumi.

Lagi-lagi bicara sperma…

Sebetulnya, bagaimana engkau memandang sperma??? Apakah ada rasa kekaguman di dalamnya?? Baik saya maupun kamu, pasti merasa jijik sama benda satu ini walaupun di awal tadi telah sedikit saya paparkan keindahannya, keluarbiasaan yang terkandung di dalamnya. Gak masalah, memang itulah fitrah kita. Dan memang karena itulah sperma pun haram kita konsumsi, betul?? Mungkin tidak berlebihan bila saya ucapkan bahwa kita memandang sperma itu sebagai sesuatu yang hina.

Tertamparkah engkau? Ternyata, sperma yang kau pandang hina saja memiliki prinsip hidup yang luar biasa kuat. Kalau detik ini engkau warnai harimu dengan keluhan, seharusnya malulah pada sperma!! Malulah pada sesuatu yang kau pandang hina!! Mengapa? Mengapa cairan hina ini justru mengalahkanmu dari segi semangat? Bukankah Allah telah menjanjikan bahwa Dia takkan melukaimu walaupun seskecil zarrah?

QS An-Nisa : 40

Sesungguhnya Allah tidak Menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.

Lantas, rasa perih yang kita terima merupakan perbuatan siapa? Ya, ternyata perih yang kita terima berasal dari diri kita sendiri. Justru ternyata, kita sendiri yang menganiaya diri kita, sehingga rasa tak nyaman yang kita rasakan merupakan hasil dari perbuatan kita.

QS Az-Zukhruf (43) : 76


dan tidaklah Kami Menganiaya mereka tetapi merekalah yang Menganiaya diri mereka sendiri.

Karena bukankah rahasia hidup itu adalah jatuh delapan kali dan bangkit kembali sembilan kali? Apakah rasa bangkit itu menyakitkan? Itu adalah persepsimu. Dirimu sendirilah yang membuat rasa tidak nyaman, sehingga menyerah begitu mudahnya. Kalau seperti ini, malulah pada sperma!!

Sperma, tak peduli sesakit apa ia menghadapi lingkungan yang asam. Tak peduli ia harus mendapatkan serangan-serangan sistem imun, ia takkan menyerah.

‘Just do or die, don’t ask why’

Itulah prinsip hidupnya. Dan keberadaanmu adalah bukti nyatanya.

Bagaimana dengan engkau wahai muslim tangguh? Sudahkah engkau seperti ini?

Kalau belum, malulah pada sperma!!

Rabu, 02 Maret 2011

masalah bersama

0komentar

Dewasa ini, Indonesia sedang memasuki fase krisis pangan. Bayangkan saja, 17.4 juta keluarga tak mampu membeli sumber nutrisi yang memadai. Padahal, kondisi tubuh kita sangat bergantung pula dengan apa yang masuk ke dalam mulut kita seharinya. Makanan yang baik menyumbang kepada taraf kesehatan yang luar biasa. Dan kalau rakyat Indonesia sehat lahir batin, bayangkan seberapa majunya negeri kita kelak.

Apakah ini hanya tugas dokter? Tidak, hal ini merupakan masalah bersama yang harus dipecahkan dengan adanya kesadaran bersama. Jujur saja, dokter sendiri takkan sanggup memecahkan masalah ini sendirian. Karena ini masalah yang sangat meluas. Jadi, bila ditanya ‘kenapa dokter harus peduli dengan kasus malnutrisi?’. Ini pertanyaan retoris yang tak perlulah untuk dijawab. Mau tidak peduli silahkan, sah-sah saja. Namun, alangkah jauh lebih bijak bila kita peduli.

Masalah nutrisi sangat luas spektrumnya, karena memang tak bisa lepas dari bermacam dimensi kehidupan, seperti ekonomi, pendidikan, bahkan kesehatan itu sendiri. Satu permasalahan yang cukup krusial adalah permasalahan nutrisi pada anak, sang generasi penerus. Bila nutrisinya baik, maka ia akan menjadi manusia yang luar biasa. Namun, bila nutrisinya buruk, buruk pula ia kelak. Ini adalah sebuah tantangan tersendiri bagi kita. Karena banyak sekali permasalahan nutrisi yang diakibatkan kurangnya informasi nutrisi. Sebutlah contoh bahwa di suatu desa di jatinangor, banyak ibu yang tidak menyiapkan makanan bersih di rumah dan membiarkan anaknya jajan sembarangan karena satu alasan : anaknya tidak mau.

Itu barulah satu dari sekian kepelikan dari permasalahan nutrisi. Banyak faktor yang menyebabkan perihal seperti ini terjadi. Ekonomi, pendidikan, dan terutama mental. Begitu mudahnya membuang uang demi rokok namun begitu sulitnya mengeluarkan uang demi nutrisi yang baik. Ya, prinsip penyediaan nutrisi bagi kebanyakan orang adalah YPK, 'Yang Penting Kenyang'.

Dan memang, tak bisa dipungkiri bahwa ada satu ‘komunitas’ pada masyarakat yang terlupakan, yaitu manula. Bisa dilihat dari maraknya gerakan dokcil alias dokter cilik untuk gizi, namun sedikitnya gerakan dokla alias dokter manula. Seolah, komunitas manula merupakan komunitas yang terabaikan.

Yang tak kalah serunya, banyaknya kasus malnutrisi saat perawatan di rumah sakit. Kenapa hal ini bisa terjadi? Silahkan tanyakan kepada diri masing-masing. Selama mengemban ilmu di fakultas, berapa banyak kiranya kita mendapatkan bahan tentang nutrisi? Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan tenaga medis tidak berkompetensi dalam asuhan nutrisi. Masalah ini tidak juga terlepas dari kurangnya komunikasi antar tanaga medis (dokter, perawat, dan ahli gizi), ketidakmampuan dalam mengetahui manifestasi malnutrisi (yang disalahartikan sebagai manifestasi penyakit yang mendasari), ketidakjelasan tanggung jawab perawatan, kesimpang-siuran waktu pemeriksaan medis yang menyebabkan kelalaian jadwal makan pasien, serta ketidak-tersediaan alat uji laboratoris untuk menilai status gizi.

Maka, ini sebetulnya masalah bersama. Tak mungkin bisa diselesaikan hanya oleh seorang dokter saja. Dan memang, masalah ini harus diselesaikan secepatnya. Tidak ada yang mustahil, karena kalau mau, 1000 jalan pasti kan kita tempuh.

 

Ikhsanun Kamil Pratama © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates