Sabtu, 24 Juli 2010

di balik nama...

alkisah 20 tahun lalu di sebuah rumah sakit di Bandung sedang terjadi proses persalinan. Singkat cerita, pada proses persalinan itu terjadilah dystocia alias sang bayi sulit keluar karena ukuran sang bayi cukup besar dibanding ukuran panggul sang ibu. Kondisi seperti ini membuat rasa sakit yang lebih pada sang calon ibu, padahal ini adalah pengalaman pertamanya. ya, sang calon ibu ini sedang berjuang untuk anak pertamanya.

Kondisi sang ibu pun agak lemah, entah sakit seperti apa yang menderanya. Ditambah adanya kondisi dystocia. Maka, sang dokter memutuskan untuk mengambil sang anak menggunakan penjepit (forcep). Namun apa daya karena ukuran sang bayi yang cukup besar, usaha forcep pun masih belum berhasil.

Langkah selanjutnya yang terpikirkan oleh tim dokter di sana adalah dengan cara divakum.

Dengan kesadaran yang hampir hilang namun tekad pengorbanan nyawa dari sang ibu, sang ibu menyetujuinya. Vakum pertama,belum berhasil. Kedua, masih gagal. Usaha ketiga, bilamana gagal maka tim dokter akan memutuskan untuk melakukan operasi cesar. Alhamdulillah,vakum ketiga berhasil mengeluarkan bayi yang cukup sehat.

Perjuangan sang ibu akhirnya mendapat hasil yang cukup membahagiakan banyak pihak. Lemas, sakit, perih, perasaan yang tidak menyenangkan itu masih terasa, namun terkalahkan aas rasa syukur yang sangat luar biasa atas kelahiran anak pertamanya. Tidak lama kemudian, sang manusia mungil itu mendapatkan sebuah gelar yang luar biasa sebagai bentuk syukur dari perjuangan besar sang ibu. Sang ayah dan sang ibu pun memberikan gelar....

Ikhsanun Kamil Pratama

Kejadian ini terjadi tanggal 1 Mei 20 tahun lalu.

Sebuah gelar yang memiliki makna yang sangat luar biasa. Sebuah gelar dengan harapan yang besar untuk menjadi kenyataan. Gelar yang bermakna kebaikan yang sempurna. Gelar yang bermakna sangat mendalam. Gelar yang dirasa kurang pantas untuk diberikan kepada manusia yang belum bisa menjadi seperti pengharapan.

Sempurna, hanya Allah yang sempurna. Berat diri ini untuk melakukan kebaikan yang sempurna. Kebaikan yang bahkan berskala atomik (atau lebih kecil lagi) hingga berskala superkluster (atau lebih besar dari itu) dengan jumlah kebaikan yang tidak mungkin terhitung yang Allah berikan secara mengglobal. Sungguh suatu ketidakpantasan untuk menggenggam gelar seperti ini.

Barangkali untuk ukuran manusia, gelar tersebut hanya pantas diberikan kepada Baginda Rasulullah SAW. kurang pantas bila gelar semulia ini diberikan padaku. Sebuah pandangan yang cukup pesimis memang.

Namun, gelar ini merupakan suatu harapan dari sang pemberi gelar. Harapan agar selalu berlari ke sana. Gelar ini adalah sebuah doa yang luar biasa, sekaligus harapan yang sangat mendalam.

Gelar ini,,

kan kucari apa makna sejatinya...

kan kukejar makna sejatinya...

kan kugenggam makna sejatinya...

QS Al-Fatihaah : 6-7

Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat

QS Al-Qashash (28) : 24

Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, ke- mudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku."

Pencari Makna Kebaikan Yang Sempurna

0 komentar:

Posting Komentar

 

Ikhsanun Kamil Pratama © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates