Jumat, 28 Oktober 2011

Si Unik

4komentar

Sudah merupakan hal yang lumrah bahwa mahasiswa FK tentunya ingin menjadi dokter, yang konon sebuah profesi yang masa depannya sudah terjamin, meskipun perlu dibayar mahal dengan biaya operasional pendidikan yang cukup tinggi serta waktu pendidikan yang tergolong lama. Atau bahkan memang semenjak kecil telah menjadi cita-cita mulianya. Hmm, betapa luar biasa ya profesi dokter ini, namun sayang, secara pribadi saya tidak berminat menjadi dokter meskipun sekarang saya adalah mahasiswa FK.

Loh, terus kamu mau jadi apa?

Kira-kira, itulah pertanyaan yang terlontar dari rekan bicaraku saat saya bilang apabila saya tidak mau menjadi dokter. Sebetulnya ada banyak alasan yang membuatku tak berminat untuk menjadi dokter, meskipun alasan utamanya adalah satu: bukan canun banget!

Dalam pandangan pribadiku, pendidikan memang merupakan salah satu bentuk standarisasi kemampuan seseorang. Dalam kasus pendidikan kedokteran, ini adalah standarisasi seseorang untuk menjadi dokter. Namun, saya agak menyayangkan apabila pendidikan membuat semua menjadi dokter ‘tok’. Justru kebalikannya, saya berpikir bahwa pendidikan seharusnya menjadi fasilitas yang memperkuat karakter seseorang. Sehingga, saya tidak mau menjadi seorang dokter, saya adalah seorang Ikhsanun Kamil Pratama, seorang Canun, sang Pencari Makna Kebaikan yang Sempurna. Ilmu-ilmu kedokteran yang telah saya pelajari selama ini justru semakin memperkuat karakter saya sebagai ‘Pencari Makna Kebaikan Yang Sempurna’. Hasil karya saya, yang bisa teman-teman nikmati dalam bentuk tulisan, buku (insya Allah), dan dalam training-training saya, sangat kental dengan nuansa hikmah dan inspirasi yang bias kita ambil dari peristiwa-peristiwa normal yang berada dalam tubuh kita. Bila anda melihat-lihat konten dari blog ini, tentulah anda bias merasakan bahwa saya memang ‘anomali’ seperti ini. Bisa dibilang, yang canun banget adalah ‘share and care’.

Alasan selanjutnya memang karena kerja dokter itu bukan canun banget. Dalam arti seperti ini. Memang, tugas kerja dokter secara teoritis ada 4, yaitu preventif alias pencegahan, promotif kesehatan alias peningkatan kesehatan, kuratif alias penyembuhan dari yang sakit, serta rehabilitative. Namun, dalam pandangan saya, kerja dokter hanya berkutat pada kuratif dan rehabilitatif. Dengan kata lain, banyak sekali kerja dokter yang saya lihat di lapangan hanya menunggu orang sakit.

Jujur secara pribadi, saya tidak mau ayah/ibu atau orang yang saya sayangi di sekitar saya sakit. Saya ingin bahwa orang sekitar saya senantiasa sehat. Maka, salah satu mimpi saya adalah membangun rumah sehat, dengan asumsi bahwa apabila rumah sakit itu banyak yang sakit kemudian ingin sembuh, maka rumah sehat adalah dimana orang-orang sehat yang tak ingin sakit. Ingin sekali saya mendirikan ini, sehingga fokus kerjaku adalah promotif dan preventif.

Apakah hal ini mungkin dilakukan? Saya melihat sebuah sosok yang luar biasa, sosok yang bahkan semasa hidupnya pun tak pernah sakit, beliau terserang sakit hanya saat mautnya telah mendekat. Selain itu, Ia senantiasa sehat wal’afiat. Tahukah engkau siapa sosok itu? Beliau adalah Muhammad SAW.

Luar biasa kan beliau mampu melakukan hidup sehat anti-sakit. Berarti hal ini memang mungkin untuk dilakukan, saya pengen banget melakukan perihal seperti ini. Bener-bener canun banget: share and care.

Berarti profesi saya apa ya? Hehe saya sendiri pun tidak tahu term-nya apa. Yang pasti, saya adalah mahasiswa FK unik yang tidak mau jadi dokter. Memang sih ‘melanggar’ mainstream. Namun apa salahnya saya ingin menjalani hidup ini berbeda dari orang kebanyakan? Bukankah, sidik jari masing-masing manusia tercipta berbeda? Bahkan, bukankah DNA anak kembar identik pun ternyata tidak sama susunannya? Masing-masing jiwa tercipta memang hanya ada satu-satunya di dunia. Untuk apa saya distandarisasi ‘tok’ menjadi hanya seorang dokter?

Maka, bila ditanya, kamu ingin menjadi apa?

Saya adalah seorang Ikhsanun Kamil Pratama yang berperan sebagai pencari makna kebaikan yang sempurna. Belajar dan berbagi mengisi peran di dunia sebagai seorang trainer kesehatan dan penulis. Dan saya ingin sekali membuat Rumah Sehat dan mencetak 1.000.000 orang preventor di Indonesia.

Lebih baik jadi diri sendiri toh? Karena, menjadi orang lain jatahnya sudah ada yang ambil J


Bagaimana dengan dirimu? J

Selasa, 11 Oktober 2011

Gelar

3komentar

Apa makna gelar bagimu?

Ikhsanun Kamil Pratama, CH, CHt, CI, C.NLP

Saat ini, inilah namaku lengkap dengan gelar yang diakui secara nasional dan internasional. Dan bahkan mungkin dalam beberapa waktu ke depan, akan bertambah dengan gelar S.Ked, karena lulus dari fakultas kedokteran Unpad. Bahkan, tambahan gelar dr pun mungkin akan kudapatkan bila diri ini lulus dari program ko-ass.

Jujur saja, aku tak ada niatan untuk menjadi seorang dokter. Meskipun memang secara teoritis, dokter bertugas di empat bidang,yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Namun sejauh yang saya lihat selama ini, dokter kerjanya menunggu orang sakit. Hal ini membuatku muak dengan dunia satu ini. Bahkan sempat terlintas dan sangat kuat niatanku untuk tidak mengambil ko-ass. Sehingga no wonder apabila banyak sekali yang bilang padaku untuk mengambil ko-ass dengan asumsi bahwa ‘S.Ked mah gak bisa apa-apa’.

Apa makna gelar bagimu?

Jujur, diri ini sama sekali tak tergoda oleh kemilau gelar ‘dokter’ yang diagung-agungkan kebanyakan masyarakat Indonesia sekalipun, sehingga mengambil ko-ass yang bertujuan hanya untuk mengambil gelar ‘dokter’ tuh ‘gak gue banget’.

Apa ya makna sebuah gelar?

Jujur saja, saya juga sempat takjub dan gemilau dengan gelar CH, CHt, CI yang saya dapatkan. Namun setelah mendapatkannya, seorang ‘Canun’ seolah menjadi ‘tenggelam’ karena gelar. Banyak orang yang lebih mengenaliku karena gelar yang kusandang, bukan karena namaku sendiri. Bukan karena ini adalah seorang ‘Canun’. Bilamana selama ini diri ini dikenal sebagai ‘calon dokter, hipnoterapis, penulis, trainer yang bernama Canun’, ingin sekali diri ini jauh lebih dikenal sebagai ‘Canun yang berperan sebagai hipnoterapis, penulis, trainer, dan dokter’. Intinya, diri ini tak ingin tenggelam dalam kolam gelar. Namun gelar hanyalah salahsatu fasilitas bagiku.

Namun, di sisi lain, diri ini merasa sangat bahagia dan senang saat melihat kakak kelas di kedokteran yangbegitu bahagia mendapatkan gelar S.Ked dengan lulus cum laude, berarti nilainya begitu memuaskan, sehingga membuatku berpikir dan bertekad bahwa

Saya, Ikhsanun Kamil Pratama, ingin sekali mendapatkan gelar ‘alm’ dengan lulus cum laude dalam fakultas kehidupan ini’

Ya, kelak saya pun akan mendapatkan sebuah gelar ‘alm’. Saya pun ingin bahagia seperti, atau bahkan lebih, kakak kelas saya. Bagaimana caranya saya mampu mendapatkan gelar ‘alm’ dan lulus cum laude dalam kehidupan ini? Dengan mencari makna sejati kebaikan yang sempurna, mengisi hidup ini dengan kebaikan tersebut, dan menyebarkannya seluas-luasnya selama jantungku masih berdetak.

Bagaimana denganmu?

Ikhsanun Kamil Pratama

Sang Pencari Makna Kebaikan Yang Sempurna

 

Ikhsanun Kamil Pratama © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates