Senin, 19 Juli 2010

Hikmah dari Sang Pembuat Kemacetan

Suasana kota yang sedari dulu saya tinggali sekarang berubah sudah. Kota yang dari dulu sampai sekarang menjuluki dirinya sebagai Berhiber alias Bersih Hijau Berbunga itu kurang terasa sekarang julukannya. Polusi dimana-mana, kepadatan terjadi hampir di seluruh jalannya, dan tentu saja… PANAS!!! Sialnya, pada hari sabtu kemarin saya mendapatkan semua kondisi itu.

Terhanyut dalam kepadatan kendaraan di jalan Kircon bikin saya sok kumur-kumur sendiri gak jelas untuk menghilangkan kantuk yang datang sementara si ‘D 1668 YW’ku hanya maju kira-kira 5 cm/menit (tapi kayaknya lebay juga sih). Ya Allah, dalam kondisi seperti ini ingin sekali saya langsung sampai rumah dan tertidur pulas!!

Kemacetan ini betul-betul terasa ‘lebih’ dari yang biasa (apa gara2 kebiasa di nangor yang jarang macet kali ya??). Bahkan tak jarang melodi klakson berbunyi dengan sangat BERISIK. Semakin menguji kesabaranku di hari itu.

Mobil-mobil depanku mulai berpindah jalur ke sebelah kiri. Dan akhirnya saya berada di belakang mobil sejenis Jeep berwarna biru.Ternyata, mobil inilah pelaku kemacetan di jalan ini. Saya pun sedikit geram dan ingin memindahkan jalur mobilku ke sebelah kiri. Namun saya melihat pemandangan yang tidak biasa dari sang sopir jeep itu. Selalu terlihat tangan yang member kepada pengemis di pinggiran jalan. Bukan uang seribu dua ribu. Tapi nasi bungkus!!!

Mungkin memang sebetulnya biasa saja. Namun bagi saya sang pengemudi itu sungguh luar biasa. Teringat dalam benak saya QS An-Nisa (4) : 5

dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.

Ya, kejadian itu cukup ‘menyentil’ hatiku. Bayangkan saja, konsep ‘tidak memberi uang namun barang jadi’ telah terpikirkan sejak 4 tahun lalu. Namun, pelaksanaannya sampai detik ini?? NOL BESAR!!! Malu merambat sampai ke ubun-ubun. Apakah pelaksanaan teknis seperti itu harus menunggu 4 tahun??
Kenapa sih konsep ‘pemberian barang jadi’ layaknya bisul yang tersimpan di kepala saya?? Ada beberapa alasan :
1. QS An-Nisa : 5
2. Memang nyata terjadi, bahwa para pengemis di area-area tertentu ada bos-nya. Uang yang kita berikan tentulah tidak tepat sasaran.
3. Budaya kemalasan dan ketidakmandirian bisa terjadi hanya karena ini
4. Ditakutkan, pengemis (terutama anak-anak) akan semakin merajalela karena dipekerjakan oleh sang ‘bos’
5. Seringkali penggunaan uang seribu-dua ribu yang kita beri TIDAK digunakan untuk kebutuhan primer. Pernah lihat pengemis membeli rokok better than makanan atau minuman?? Bila saya lihat An-Nisa : 5, golongan ini termasuk golongan yang ‘belum sempurna akalnya’ karena penggunaan kulit otaknya (cortex cerebri) dikalahkan oleh amigdala.
6. Pernah lihat pengemis menenteng HP?? Ya, ada orang mampu berperan menjadi pengemis.

Metode pemberian barang jadi menurut saya lebih bermanfaat bagi mereka. Mungkin perihal memberi seribu-dua ribu merupakan hal yang kecil. Namun saya percaya, hal yang kecil (baik itu berdampak baik atau buruk) akan memiliki efek bola salju, semula kecil namun dampaknya akan besar ke depannya.

Yang utama adalah kembali kita perlurus niat apakah sedekah yang kita berikan untuk sekedar membersihkan dompet atau untuk mempersembahkan sesuatu dari hati yang tak mati.

Kemudian, kegeraman saya berubah menjadi sebuah semangat untuk berbuat lebih baik lagi. Pada hari itu, di terik matahari di kota Bandung yang cukup panas, angin inspirasi berhembus menyejukkan jiwaku dari sang pembuat kemacetan tersebut.

1 komentar:

Mala mengatakan...

wah iya juga ya ka, bener banget ituu..
ayo ka canuuuun terus menuliis, tulisan ka canun terus membawa inspirasi, smangat kaaa =D

Posting Komentar

 

Ikhsanun Kamil Pratama © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates