Rabu, 14 Desember 2011

dari warteg menuju salon kecantikan

0komentar

Semua bermula pagi ini, saat saya mencari sarapan. Yah, biasalah namanya juga mahasiswa, jadi makan secukupnya, sekenyangnya, dan semurahnya, dan yang penting enak. Kebetulan, uang di dompet sangat pas-pasan, maka sarapan pagi ini saya makan di warteg, lumayan minuman pun gratis. Hhehe

Menu sarapan yang saya pilih pagi ini adalah nasi, kerang, telor dadar, dan perkedel kentang. Hehe jangan ditiru ya, ini contoh menu yang cukup buruk, sama sekali saya gak pilih sayur. Biasanya juga langsung dijewer ibu di rumah :p

Namun memang, yang namanya inspirasi pasti Allah sisipkan dimana-mana, asalkan kita mencarinya. Kebetulan, saya ke warteg lupa membawa buku bacaan saya, sehingga saya makan sambil bengong, sambil merenung, sambil bertafakkur.

Kembali teringat bahwa apa yang saya makan adalah hewan, yang dimana tubuhnya tersusun dari protein, sebagian besarnya. Hampir semua hewan penyusun tubuhnya adalah protein, sehingga saat saya memakan hewani, itu pun akan menyumbang untuk proses pembentukan tubuh kita.

Tak bisa dipungkiri bahwa secara material, manusia dan hewan tersusun dari zat yang sama, yaitu protein. Wajah kita, tangan kita, kaki kita, semuanya tersusun sebagian besar dari protein. Organ-organ daleman kita pun semua tersusun dari protein, sehingga kualitas kesehatan kita memang sangat dipengaruhi dari apa yang kita makan.

Oh iya, saya mau sedikit koreksi pernyataan saya di atas barusan. Sebetulnya, tubuh makhluk hidup sebagian besar bukan tersusun dari protein, namun air. Hal ini jugalah yang membuat saya merenungi tentang air minum yang saya minum pagi tadi. Kualitas air minum mempengaruhi kualitas tubuh manusia. Begitu juga dengan makhluk hidup lainnya yang sangat memerlukan air untuk hidup.

Intinya, secara material, manusia dan hewan itu sama. Karena itu secara taksonomi, manusia dimasukkan ke kerajaan binatang, alias kingdom mamalia.

Apa artinya? Artinya, yang membedakan manusia dan makhluk lainnya adalah kualitas kejiwaannya. Semakin baik kualitas kejiwaannya maka semakin tinggi pula derajat manusia di mataNya.

Mungkin boleh dibilang bahwa, dalam konteks mencari dan menjemput pasangan hidup, memang akan jauh lebih baik apabila yang dipantau adalah kecantikan jiwanya. Bagaimana mengukurnya? Entahlah, saya bukan yang ahli dalam bidang ini.

Apalah arti dari kecantikan dan kegantengan luar? Memang penting, namun bilamana ini menjadi suatu faktor utama, yah kita bisa tarik kesimpulan bersama. Tak bisa dipungkiri bahwa penilaian kita akan sesuatu terbatas dari panca indera kita. Hanya dari mata yang seluas kurang lebih 5 cm, seolah kita telah mampu melihat seisi dunia. Hanya dari telinga yang ukurannya tidak sampai sejengkal, kita merasa telah mampu mendengar bermacam kenyataan. Yah, panca indera memang merupakan keterbatasan.

Kembali ke konteks protein, bahwa perempuan secantik apapun atau pria terganteng sedunia pun pada dasarnya ‘hanyalah’ onggokan protein dan air. There’s nothing special in it. Secara fisik, tiada beda antara manusia dan hewan. Dalam pandanganku, penilaian manusia yang hanya berdasar dari luar saja memang kurang menghargai manusia sebenar-benarnya. Karena yang membedakan manusia dan hewan adalah kualitas jiwanya.

Terutama dalam konteks mencari pasangan, karena memang kualitas jiwa seseorang memiliki batasan serta kekurangan tersendiri, rasanya akan jauh lebih baik ‘menseleksi’ sesuai dengan kualitas jiwanya. Kualitas jiwa pasanganku yang kelak melengkapi kualitas jiwaku, serta kualitas jiwaku yang melengkapi kualitas jiwa pasanganku kelak, dan rumahku kan menjadi salon kecantikan jiwa bagi para penghuni di dalamnya...

Kamis, 01 Desember 2011

Mengikat Makna: Hari AIDS Sedunia

0komentar

1 Desember, telah dicanangkan oleh dunia sebagai hari AIDS sedunia. Peringatan ini semata untuk senantiasa mengingatkan serta menumbuhkan kesadaran terhadap wabah AIDS yang penyebarannya sudah sangat luas menggegas secara ganas di seluruh pelosok bumi.

Dalam Koran yang kubaca pagi ini pun, penyakit AIDS ini telah meranggah kepada ibu-ibu rumah tangga, bahkan di Jawa Barat, sekitar 9.79 % IRT mengidap penyakit ini.AIDS ini penyebarannya sangat luas, bisa dari jarum suntik, transfuse darah, bahkan ibu hamil bisa menularkan AIDS pada anak yang dikandungnya, sehingga memang BELUM TENTU bahwa penderita AIDS adalah seorang yang senang untuk bermain kelamin.dan kelamin.

AIDS merupakan sebuah akronim dari Acquired Immune Deficiency Syndrome, sebuah penyakit di mana sistem imun (atau tentara dalam tubuh kita) kita jadi mandul, alias kemampuannya berkurang. Mengingat fungsi sistem imun dalam tubuh kita untuk memberikan PENJAGAAN dari serangan-serangan luar seperti bakteri atau virus. Tak hanya itu, sisem imun kita pun memberikan PENJAGAAN dari pemberontakan yang terjadi dari dalam tubuh kita sendiri, yang apabila pemberontakan itu terjadi, timbullah sebuah penyakit yang kit kenal sebagai kanker. Maka, penderita AIDS tentulah akan sangat rentan terhadap bermacam penyakit seperti infeksi atau kanker.

Apa sih yang menyebabkan penyakit AIDS ini? Tak lain dan tak bukan adalah sebuah barang yang tak terlihat saking kecilnya, yaitu virus. Virus penyebab AIDS inilah yang dinamakan HIV (Human Immunodeficiency Virus). Ukurannya sangat imuuuut sekali. Bilamana kita mampu melihat bentuk sel darah merah kita, maka virus ini sekita 60 kali lipat lebih kecil dari sel darah merah kita. Bayangkan, betapa kecilnya biang kerok dari penyakit yang membuat geger dunia ini.

Ternyata, kejahatan sekecil apapun memiliki dampak yang mampu mengglobal. Mungkin, dalam kasus seks bebas misal, timbul sebuah pikiran seperti ‘semau gue dong!! Apa urusan lo??’. Ternyata, dampaknya pun mengglobal seperti ini. Bahkan, kejahatan kecil seperti yang telah dilakukan si virus ini membuat dunia memasuki kondisi ‘waspada’. Ternyata, tindakan sekecil ini kan senantiasa beresonansi sampai ke ranah global.

Namun berarti sebaliknya pun memungkinkan, kebaikan sekecil apapun tentulah akan memiliki dampak yang menyeluruh. Maka, apabila dunia sedang geger karena virus ‘pemandul’ imunitas, maka siapkah kita untuk bersama menjadi virus ‘penggiat’ imunitas? J

Dari makhluk kecil ini pun ternyata aku belajar tentang tiada gunanya kesombongan. Betapa tidak, kita yang senantiasa ‘besar’ seperti ini ternyata takluk kepada sebuah makhluk yang bahkan lebih kecil dari nyamuk. Sekali tepuk, matilah nyamuk. Namun, kita manusia kalah dari makhluk yang hanya sekecil ini. Maka memang, sejatinya tiadalah tempat bagi kesombongan untuk senantiasa hinggap.

Siapa yang tahu kalau sekarang kita merasa sehat-sehat saja namun, saking kecilnya HIV, tubuh ini ‘dirasuki’ tanpa sadar olehnya? Siapa yang tahu bahwa mungkin sekeliling kita sedang terkepung oleh makhluk kecil ini? Ketakutan ini senantiasa mengepung diri ini, namun ternyata akan jauh lebih baik apabila kita senantiasa berserah kepada kekuatan Yang Maha Besar yang senantiasa menyelimuti diri ini. J

Selamat hari AIDS sedunia..

-Bukti cinta bukanlah malam mingguan, namun pernikahan- J

 

Ikhsanun Kamil Pratama © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates