Sabtu, 18 Desember 2010

Replay #2

0komentar

Api yang membara menghasilkan abu yang lemah dan dingin

Itulah keberadaan seorang manusia. Meskipun bersemangat tinggi, meskipun berkekuatan bagai Hercules, wujud aslinya hanyalah sesuatu yang lemah dan dingin. Karena itulah, keberadaan orang sekitar sangat dibutuhkan seorang manusia agar api semangat tak terpadamkan. Meskipun ada saja orang yang senang menyendiri, namun ia pasti takluk melawan kesendirian.

Begitu pula denganku. Kehilangan sang matahari, Bilqis, bagiku merupakan pukulan sangat telak bagiku. Meskipun secara teoritis, karena aku seorang muslim, aku sangat sadar bahwa Allah selalu meliputi diriku, bahwa Allah sangat dekat denganku, dan tak ada yang perlu ditakutkan apabila ‘backingan’ku adalah Allah. Bara apiku pasti tertahan dan takkan menciptakan abu karena ada-Nya. Namun sulit bagiku untuk mengaplikasikannya. Ah, ternyata selama ini aku hanya berteori!! Apa yang kukisahkan kepada orang-orang sekitarku tentang ‘merasakan Allah’ hanya bualan semata.Tidak seperti junjunganku, Rasulullah SAW, yang mengisahkan kebaikan melalui perbuatannya. Ini adalah buktinya. Aku merasa sangat jauh dengan-Nya, bahkan tidak merasakan keberadaan-Nya.

‘Kenapa aku terlahir kembali?? Ya Allah, aku sangat berharap bahwa ini hanyalah MIMPI’

Sungguh aneh memang. Di saat banyak orang yang takut akan kematian, justru aku sangat mengharapkan kematian. Kehidupan ini laksana neraka bagiku.

Terngiang ucapan terakhir Bilqis padaku tempo hari, ‘AKU BENCI KAMU, DIMAS!!’. Membuatku menjadi abu yang lebih dingin dari semula. Sangat kacau pikiranku malam ini. Entah kenapa kejadian tempo hari semakin membuatku rindu akan sesuatu yang bernama kematian. Rindu ini telah menjalar ke seluruh tubuhku, telah mengalir dalam pembuluh darahku, telah mengalir dalam seluruh pembuluh syarafku, sehingga seluruh tubuhku pun serasa telah kompak hanya ingin merasakan satu, yaitu KEMATIAN.

Tanpa pikir panjang, kucari gunting dalam rak bukuku. Dan tangan kananku telah menggenggam gunting, dan kutusukkan gunting itu kepada bagian dadaku, tepat menikam jantungku, dan kutahan teriakku.

Aku bisa merasakan jantungku yang denyutnya semakin pelan saja. Segarnya oksigen pun tak kurasakan lagi. Sakit yang amat sangat terasa di seluruh tubuhku. Tak ingin lagi aku mengalami rasa ini untuk ketiga kalinya. Mungkin aku telah mati. Namun, apa batas ‘hidup’ dan ‘mati’? Sampai akhir hidup pun tak kutahu apa definisinya, meskipun aku telah bertahun-tahun mendalami ilmu kedokteran. ‘Aah sudahlah, aku sudah mati’, pikirku.

Mengapa?? Mengapa pada kematianku aku masih bisa secara sadar memikirkan definisi ‘hidup’ dan ‘mati’??

Kembali, aku terbangun di tempat yang gelap. Secara spontan, aku menyalakan lampu tempat gelap ini. Betapa kagetnya aku. Ternyata aku kembali pada kehidupanku tepat kemarin. Kondisi kamar kosku sangat mirip dengan kemarin, saat aku menjalani hidup yang kedua. Aku semakin terpuruk dalam ketakutanku…

Seperti kejadian ‘kemarin’, Dino pun mengetuk kamarku untuk membangunkanku untuk shalat subuh berjamaah. Namun, saking takutnya, aku tidak merespon panggilannya. Mungkin, aku telah mengalami sakit jiwa. Ah apa itu jiwa? Hal ini pun tak terdefinisikan dengan jelas pada disipilin ilmu yang kudalami. Yang jelas, sepertinya aku sakit. Sakit yang tak terdefinisikan.

**

Teman-teman sekosanku dan teman-teman kampusku mungkin sangat heran melihat Dimas yang seperti ini. Dimas yang mereka kenal adalah seorang muslim yang, di pandangan mereka, tangguh. Penebar keceriaan, penular semangat, dan pemimpin yang luar biasa. Itulah aku, Dimas. Tapi, itu adalah Dimas 20 tahun lalu.

Aneh mungkin memang, entah kekuatan apa dan darimana yang dapat membuatku bergerak menuju kampus. Walaupun, di kampus aku bagaikan zombie. Dengan tertunduk lesu, aku pun menuju ruang tutor. Kejadian ‘kemarin’ pun terulang hari ini. Sosok bintangku, muncul kembali di hadapanku. Namun kali ini, saking lemasnya, aku tak mendekapnya seperti yang kulakukan padanya kemarin.

‘Mas, kamu gak enak badan? Ke klinik dulu atuh.’

Suara merdu itu memanggilku. Suara yang penuh kecemasan itu menyappaku. Ya, itu suara Bilqis. Kulihat air mukanya pun ternyata memancar kekhawatiran yang luar biasa. Itu sedikit menjadi obat bagiku.

‘Gak apa-apa kok’, balasku sembari tersenyum padanya.

Aku tahu, dari kesaksian Bilqis sendiri padaku saat 20 tahun lalu ia masih menjadi istriku, bahwa ia ‘saat ini’ memendam rasa cinta padaku, begitu pula denganku. Namun kami memendam rasa ini seperti Ali dan Fatimah.

Namun, aku memutuskan tak ingin miliki rasa bahagia yang setinggi langit bersamanya, karena aku tak siap untuk jatuh kedua kalinya dari tempat setinggi itu.

Aku cukup senang pada hari ini karena Allah sedikit menitipkan obat penyakitku melalui Bilqis. Mentalku sedikit demi sedikit kembali terbangun, api semangatku kembali membara, siap untuk menggerakkan lokomotif baja sekalipun barang ini lebih berat dari api sekali pun. Walau cukup sedih bagiku bahwa aku melepas kesempatanku untuk bersama Bilqis.

Pada kehidupan ini, aku hanya ingin menyibukkan diriku pada berbagai macam kegiatan sosial. Sebuah suntikan semangat untuk selalu bermanfaat bagi sekitar.

Bilqis, inilah jalanku!!

**

Malam hari, aku betul-betul tak bisa tidur. Menyadari kebodohanku sebodoh-bodohnya, mengapa aku bunuh diri ‘kemarin’?? Parah!! Aku telah menjadi makhluk yang lebih rendah daripada hewan!! Setahuku, tidak ada di dunia ini yang bunuh diri, kecuali hewan, atau bahkan lebih rendah daripada itu, yang bernama Dimas!!

Ya, aku sungguh-sungguh bertaubat. Taubatan Nasuha. Takkan kuulangi lagi kejadian ‘kemarin’. Bilamana yang menimpaku ini adalah ujian, maka aku akan menjalani ujian ini semampuku. Kehidupan ini merupakan ajangku untuk bersyukur

Simaklah jalan hidupku…!!

Bagaimana engkau memaknai hidupmu??

To be continue…


Terinspirasi novel 'Replay'

karangan Ken Grimwood

Selasa, 30 November 2010

penyakit yang terabaikan

0komentar

Penyakit yang terabaikan? Ataukah mungkin penyakit yang sengaja diabaikan?? Apapun itu, kondisi inilah yang terjadi pada dunia kita dewasa ini. Memang harus kita sadari betul-betul bahwa jumlah penyakit yang telah lahir ke seluruh dunia ini sangat banyak, sehingga mau tidak mau ada beberapa penyakit yang terpaksa untuk diabaikan. Namun mirisnya, ketidakpekaan sosial pun memang turut menyumbang akan keterabaian beberapa penyakit. Dan masalah ini tidak hanya masalah yang perlu dituntaskan ahli medis saja, tapi ini adalah masalah multi-faktor, karena masalah ini pun tidak hanya berdampak kepada dimensi kesehatan saja.

Penyakit yang terabaikan ini seringkali terjadi pada komunitas orang miskin. Maka mungkin lebih cocok disebut sebagai penyakit orang miskin. Penyakit orang miskin ini kebanyakan tergolong sebagai penyakit iklim tropis. Maka otomatis, negara kita tercinta, Indonesia, memiliki sangat banyak penyakit-penyakit orang miskin ini. Pada umumnya, si penyakit miskin ini terjadi di area bersanitasi kurang baik, sumber air yang kurang sehat, dan atau daerah yang minim akan ketersediaan fasilitas kesehatan. Inilah beberapa contoh penyakit miskin tersebut:

· Malaria

· Filariasis

· Demam Berdarah Dengue

· Kolera

· Dan masih banyak lagi

Kenapa sih penyakit miskin ini bisa terabaikan? Untuk menjawab permasalahan ini, kita perlu membuka mata seholistik mungkin. Seperti yang telah penulis paparkan di atas bahwa saking banyaknya penyakit yang muncul di dunia ini, terkadang ini menjadi hal yang berat bagi kita untuk memberi perhatian kepada seluruh penyakit. Bahkan, untuk satu jenis penyakit saja, dibutuhkan banyak tenaga untuk concern terhadap penyakit tersebut. Sebutlah misalkan organisasi Syamsi Dhuha yang berfokus pada penyakit Lupus.

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa faktor peka sosial pun merupakan faktor yang menunjang kelahiran penyakit miskin ini. Menurut http://www.genome.gov/27531964, terdapat tiga alasan utama kenapa penyakit miskin ini terabaikan:

overlooked by drug developers or by others instrumental in drug access, such as government officials, public health programs and the news media

usually do not affect people who live in the United States and other developed nations

do not cause dramatic outbreaks that kill large numbers of people

Menurut analisa penulis, alasan-alasan yang dikemukakan lebih bersifat egoistis. Akar permasalahannya adalah satu, tidak peka sosial.

Kalau anda simak berbagai bursa saham di internet atau di manapun, saham farmasi termasuk saham yang cukup menjanjikan. Fakta ini memberikan penulis kesimpulan bahwa kesehatan telah masuk ranah bisnis. Tentu saja, bila pelaku bisnis memiliki tujuan untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya, penyakit miskin bukan merupakan hal yang menarik baginya. Mungkin ini pula salah satu sebabnya bahwa penelitian-penelitian penyakit orang miskin terasa kurang berkembang.

Lantas, apa yang bisa kita lakukan sekarang? Minimal peduli. Dan walaupun dalam sistem pembelajaran kita, kita seringkali dicekoki dengan peran dokter sebagai agen ‘kuratif’ dan ‘rehabilitatif’, sebaiknya kita juga perlu untuk memberi fokus peran kita ke depannya sebagai agen-agen ‘promotif’ dan ‘preventif’. Peran yang terasa masih minim dalam dunia kesehatan Indonesia saat ini.

Minggu, 21 November 2010

sahabat

0komentar
Saat pertama bertemu, kawan-kawan aku punya firasat
Bahwa pertemuan kita bukan sekedar isyarat
Dan itu terbukti, kawan-kawan, setelah perjuangan yang sarat
Pertemuan kita, bagiku, adalah berkat

Kita telah berjalan bersama, kawan-kawan, dalam ringan dan berat
Saling bertanggungan ketika lengah maupun taat
Mendukung dan mengingatkan, layaknya teman sejawat
Ada kalanya dalam langkah kita, aku merasa jenuh dan penat
Tapi melihat senyummu, kawan-kawan, aku kembali teringat
Bahwa aku tidak boleh menyia-nyiakan rahmat
Dari Tuha, yang membuatku mampu berikan manfaat
Kepada mereka yang membutuhkan dan mendapat
Bersama kalian, kawan-kawan, bersama hati-hati yang melihat
Dalam Pengabdian Kepada Masyarakat

Walau bagiku, pertemuan kita terlalu singkat
Aku berharap, kawan-kawan, untuk sekarang dan setiap saat
Kita kan selamanya menjadi sahabat

The Bocah Boy
PKM-11

Minggu, 07 November 2010

replay #1

0komentar

Waktu menunjukkan pukul 20.00. Seharusnya, malam ini menjadi malam yang membahagiakan bagiku. Karena, hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke 40, 1 Mei 2030. Karena malam ini, adalah malam romantis yang hanya aku dan istriku tercinta miliki.

Namun kenapa begini?? Dadaku terasa berat. Sakit, teramat sakit. Serasa jantungku diremas dari dalam tubuhku. Mungkin, aku mengalami apa yang seorang dokter jantung, profesiku ini, sebut sebagai serangan jantung. Dan pada malam itu, yang kuingat hanyalah wajah istriku tercinta, Bilqis, yang dipenuhi oleh kecemasan dan air mata. Ingin sekali kuucapkan padanya bahwa aku sangat mencintainya sambil memoles air mata yang mengalir di pipinya. Namun, apa daya, tenagaku tak kuat untuk melakukan itu. Dan akhirnya, aku meninggal saat itu, meninggal di atas pangkuan sang istri tercinta. Bagai Rasulullah yang meninggal di pangkuan istrinya tercinta, Aisyah.

Ya, aku meninggal. Detak jantungku berhenti. Nafas pun tak kulakukan.

Namun mengapa aku ‘sadar’ tentang hal itu?? Mengapa aku sadar bahwa aku sudah tidak bernafas??

Aku terbangun di sebuah ruang yang gelap. Secara spontan, diriku mencari saklar untuk menyalakan lampu. Entah apakah aku bermimpi, aku merasa sangat kenal dengan kamar ini. Ya, ini adalah kamar kosanku, saat aku masih kuliah kedokteran sekitar 20 tahun silam. Buku-buku teks kedokteran bertebaran di lantai kamarku. Ya, kamar berantakan ini betul-betul menggambarkan kamar kosanku.

‘Sungguh, ini tidak lucu’, pikirku. Siapa yang berani mempermainkan aku sejauh ini?? Jelas ini bukan sebuah lelucon yang lucu. Di balik kebingunganku, aku berjalan menuju toilet, dan betapa terkejutnya aku begitu melewati sebuah cermin di depan toilet.

‘Apakah ini mimpi??’

Aku, ya itu aku. Ah, apa yang aneh dengan itu. Jelas dirikulah yang tampil di dalam cermin itu. Namun, anehnya. Wajah ini adalah wajahku saat aku berusia 20 tahun. Saat aku masih menjadi fase mahasiswa.

‘Ya Allah, apa yang terjadi padaku??’

Ketakutan menyelimuti tubuhku. Kuoanjatkan tahajud pada-Nya. Sungguh, mala mini menjadi malam yang menyeramkan bagiku.

‘Apakah…… Aku hidup kembali??’

**

Subuh pun tiba. Kondisiku masih seperti semalam. Ketakutan meliputi tubuhku. Tiba-tiba ada ketukan yang mengagetkan diriku. Ketukan itu, 20 tahun lalu, selalu ada setiap pagi, untuk selalu mengajak shalat subuh berjama’ah. Ya, Dino-lah yang biasa melakukan itu tiap subuh. Maka, kubuka pintu kamarku. Memang, cukup kaget tapi kangen juga melihat muka Dino yang berusia 20 tahun itu, serasa reuni yang sangat panjang. Dialah salah satu teman akrabku.

‘Ayo bos, yuk subuh’, ajaknya.

‘Eh, siap Din. Gua ambil wudhu dulu ya’.

‘oke, gua tungu depan yak. Eh lo sakit, Mas?’. Mungkin ia heran dengan mukaku yang masih mengalami shock ini.

‘gak papa Din. Gua gak papa kok. Nuhun y bos’.

‘If you have any problem, langsung aja ngomong ke gua yak. Yuk, subuh, seenggaknya bisa ngurangin keriput di muka lo. Haha’.

**

Ya, ini bukan mimpi. Pagi pun dengan semangat yang seadanya aku segera bersiap untuk berangkat menuju kampus. Kembali mempelajari sesuatu yang, sepertinya, telah kukuasai di kehidupan sebelumnya. Hari ini menunjukkan tanggal 29 November 2010. Kusiapkan dompet dan ternyata memang ada sebuah KTM bernama Dimas Irmansyah, namaku, yang masih tercatat sebagaii mahasiswa FK X.

Di dunia ini, aku merasa sendirian, meskipun aku sangat mengenal orang-orang sekitarku. Aku kangen pada Bilqis, istriku. Yang selalu menjadi penyejuk saat hatiku mongering. Yang selalu menghangatkanku bak matahari saat jiwaku dingin. Yang terdapat sejuta pesona sedalam palung. Yang senantiasa memberikan sinar indah bak bintang pada batinku. Sungguh, aku sangat ingin bersamanya sekarang. Aku cinta padamu, Bilqis. Namun apadaya, bintangku telah jatuh entah kemana.

Aku telah sampai di kampusku. Ya, di sinilah tempatku memulai kehidupanku yang, nantinya, sebagai seorang dokter. Semangat pun masih tidak terkumpul. Dengan langkah gontai, aku pun menuju ke ruang tutorial, karena memang sekaranglah saatnya tutorial. Entahlah hari ini pelajaran tentang apa, sistem organ apa yang saat ini sedang kubahas, aku tidak ingat tentang itu. Dan aku pun tak mau tahu tentang itu.

Aku tetap berada dalam kesendirianku walaupun teman-teman tutorku telah berdatangan. Aku tak ingat siapa saja orang-orang di kelompok ini. Namun aku masih ingat beberapa orang yang menyapaku, Cakra, Desi, dan kebetulan Dino juga sekelompok denganku. Namun tetap, aku tenggelam dalam duniaku sendiri. Masih terheran-heran akan apa yang telah kualami.

‘Bukankah aku telah mati?’

Kemudian, sesaat sebelum dimulai aktivitas tutorial hari ini, aku sedikit dikagetkan oleh ketokan pintu. Ya, ada satu orang yang terlambat 5 menit. Cukup kaget aku melihat sosok di balik pintu itu.

Seorang wanita, yang menggunakan kain kudung hitam sampai dadanya,rok lebar, membawa tas ransel di pundaknya. Dan bisakah kau tebak siapa dia??

Ya, dia Bilqis. Istriku di kehidupan sebelumnya, istriku ‘kemarin’, atau bolehlah disebut istriku di ‘masa depan’. Istri yang sangat kucinta, kini berada di hadapanku. Dengan wujud berusia 20 tahun. Sang bintang hidupku.

‘Bil…. Bilqis??’, ucapku.

Secara spontan aku pun mendekap dia erat-erat.

‘Sayangku, sungguh aku sangat kangen padamu. Aku kesepian di sini. Sungguh, sungguh aku butuh….’

PLAAAAKKKK

Tamparan keras mendarat pada pipiku. Tamparan yang kudapatkan dari istriku, yang sebelumnya tak pernah ia lakukan ini padaku.

‘KAMU APA-APAAN, DIMAAAS??’. Teriaknya sembari marah padaku. Dan pipinya pun berlumuran air mata.

‘AKU BENCI KAMUU’. Kata sang bintangku sembari keluar dari ruang tutor.

Ya, ‘saat ini’ aku memang bukan siapa-siapa baginya. Aku hanyalah suaminya ‘kemarin’. Dan aku adalah pria beruntung yang ‘kemarin’ mendapat wanita seperti Bilqis, wanita yang tidak hanya supel dalam bergaul, namun pintar menjaga kehormatannya dalam bergaul. Wanita yang tidak berani dalam berpakaian, namun berani dalam mempertahankan kehormatannya. Wanita yang tidak hanya indah paras wajahnya, namun juga indah hatinya. Ya, itulah Bilqis. Wanita yang kuberikan komitmenku.

Sungguh, aku tidak sadar sama sekali bahwa ‘sekarang’ ia bukanlah istriku. Jujur, hanya rasa kangen yang amat sangat yang mendorongku untuk mendekapnya.

Semenjak kejadian itu, orang-orang di sekitarku tidak berani untuk mendekatiku. Julukan ‘maniak seks’ pun telah tercap di dalam diriku. Aah, aku tidak peduli akan pencitraan orang lain pada diriku.

Namun, Bilqis pun menganggapku demikian. Dia tidak mau menatap mukaku. Lari mencari jalan lain bila ia melihatku di seberang jalan. Kurasa, tindakannya wajar. Karena ialah korban dari tindakanku. Dan semenjak hari itu, mungkin sejarah telah berubah. Mungkin dia bukan lagi istriku di ‘masa depan’. Dan karena itu, aku telah kehilangan bintangku. Sepertinya, matahariku takkan kembali untuk kedua kalinya padaku.

‘Ya Allah, kenapa aku dibiarkan hidup lagi??’

To be continue


terinspirasi novel Replay

karangan Ken Grimwood

Selasa, 02 November 2010

apakah ini masih 'saya'

0komentar
Sebetulnya siapa ‘saya’??
Apakah sesuatu yang disebut ‘saya’ adalah tubuh dan jiwa ini secara keseluruhan??
Seluruh tubuh, dari ujung rambut, sampai ujung kaki
Adalah saya??

Bilamana..
Kakiku diharuskan untuk diamputasi..
Apakah kakiku masih berperan sebagai ‘saya’?

Bilamana…
Ada suatu kondisi yang menyebabkan
Tanganmu terputus dari batang tubuhku
Apakah tangan itu masih berupa ‘saya’?

Bilamana..
Ada kondisi yang mengharuskan saya
Untuk mengganti jantung ini dengan jantung buatan
Apakah jantung yang tergantikan oleh yang buatan ini
Masih tergolong ‘saya’?

Lantas, ‘saya’ itu apa??
Apakah ‘saya’ hanya sebatas kesadaran yang berada di ‘balik’ batang otak’??
Tepatnya di daerah RAS batang otak.
Apakah ‘saya’ hanya sebatas batang otak??
Ooh, ataukah, lebih tepatnya, ‘saya’ sebatas RAS batang otak??

Lantas, saat RAS saya rusak
‘saya’ menghilang?

Ternyata
‘saya’ bukanlah jantung saya
‘saya’ bukanlah paru-paru saya
‘saya’ bukanlah kaki saya

Tepatnya
Organ tubuhku hanyalah pinjaman semata
Tiada yang kumiliki…
Termasuk kesadaranku…
Termasuk ‘saya’
‘saya’ hanyalah pinjaman
‘saya’ bukanlah ‘sesuatu’ yang memiliki
‘saya’ adalah ‘sesuatu’ yang dimiliki
Oleh Tuhan saya, kamu, dan kita semua
Oleh Tuhan Yang Maha Esa, Maha Perkasa

Minggu, 31 Oktober 2010

hormon dan self-leadership

0komentar
Teori mengenai leadership mungkin telah berjamur sekarang saking banyaknya. Ada yang bilang bahwa kepemimpinan itu adalah seni memberikan pengaruh kepada yang lain. Ada juga teori yang mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan sesuatu yang dilakukan bersama dengan orang lain. Namun, mungkin agak sulit untuk menyebutkan tokoh-tokoh kepemimpinan yang dijadikan sebagai teladan. Kemungkinan, kondisi seperti ini terjadi karena kurangnya pembelajaran mengenai self-leadership.

Apakah hal ini penting?? Sudah pasti. Karena memang tak bisa dipungkiri bahwa selalu terjadi pergulatan batin dalam diri manusia. Selalu terjadi proses saling mengalahkan dengan apa yang disebut dengan hawa nafsu. Hawa nafsu inilah sebetulnya 'hanyalah' dampak-dampak biologis akibat adanya hormon di dalam tubuh kita.

Sebutlah misal nafsu seks. Nafsu seks ini hilang timbul karena adanya hormon seks pada manusia. Testosteron pada pria dan estrogen pada wanita. Secara siklusnya, hormon testosteron memuncak pada pagi hari. Maka, pria pada umumnya mengalami peningkatan libido yang lumayan pada pagi hari.

Atau nafsu makan. Kondisi lapar ini, katanya, disebabkan oleh berbagai macam faktor. Katanya, turunnya kadar gula di darah saja bisa memicu rasa lapar. Ada juga yang berpendapat karena adanya hormon ghreblin, yang ikut menyumbang rasa lapar.

Ya, intinya nafsu merupakan kristalisasi normal dari apa yang terjadi pada tubuh kita. Namun, bukan bermaksud bahwa kita mengkapitalisasi efek-efek hormon dalam tubuh kita. Disinilah salah satu fungsi dari self-leadership

QS Yusuf (12) : 53

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.

Bagaimanapun, sebagai manusia, kita tetap butuh nafsu seks, makan, dan minum. Namun kita perlu mengendalikannya. Dan alhamdulillah, komponen pengendaliannya pun telah ada pada otak kita.




Ya, pengeluaran hormon diatur oleh sang 'master of gland'. Sang master dari kelenjar2 hormon di semesta tubuh manusia, yaitu kelenjar pituitari, yang letaknya berada di bawah korteks cerebri. atau lebih khasnya lagi, kelenjar pituitari ini termasuk sebagai komponen dari sistem limbik manusia, yang dimana fungsi dari sistem limbik ini secara kasar bisa dibilang sebagai otak emosional dari seluruh manusia. Sifat agresifitas bersinyal dari sistem limbik, kemudian 'memaksa' pituitari untuk mengeluarkan ACTH, dampaknya hormon kortisol di darah kita meningkat. Kortisol ini dapat bikin (salah satunya) jantung berdetak lebih keras. Maka, jangan heran kalo orang marah gampang jantungan.

Namun, luar biasanya, sistem limbik ini dapat dikontrol oleh sesuatu yang letaknya lebih atas lagi, yaitu bagian kulit otak, atau bahasa kerennya cortex cerebri. Di sinilah fungsi-fungsi utama manusia sebagai self-leader berada. Karena kulit otak ini merupakan pembentukan konsep diri seseorang. Dengan kulit otak inilah, efek pengeluaran hormon testosteron atau estrogen bisa kita kendalikan. Nafsu makan bisa kita kontrol. Kulit otak ini merupakan device kepemimpinan yang luar biasa. Dan daerah inilah yang menjadikan manusia sebagai pembeda dari binatang.

Mekanisme memimpinnya pun dengan stimulasi-stimulasi listrik yang berasal dari kulit otak menuju sistem limbik, kemudian daerah hipothalamus mengeluarkan hormon-hormon ketenangan seperti kelas endogen opioid (atau narkoba yang diproduksi tubuh kita) yang justru mendatangkan manfaat bagi tubuh kita.


Maka, sebetulnya daerah kulit inilah yang sebaiknya kita latih. Sebaiknya, jangan biarkan hormon seks, hormon lapar, atau hormon lainnya menjadi pemimpin dalam dirimu. Namun, engkaulah yang sebaiknya memimpin hormonmu. Karena memang ada waktunya hormon-hormon tersebut disalurkan. Tidak sembarang tempat, sembarang waktu

Itulah seorang pemimpin sejati. Seorang pemimpin yang memiliki kemampuan self-leading yang sangat luar biasa. Dan dalam ilmu komunikasi, kemampuan self-leading ini bisa dipelajari di Neuro-Linguistic Program (NLP). Saya pribadi menerjemahkan NLP ini sebagai program menjadi Rasulullah SAW. Karena bagi saya, beliaulah tokoh pemimpin sejati yang sangat luar biasa.


Wallahu'alam bishshawwab

gambar diambil dari:

energi mimpi dan energi bertindak

0komentar
Kebanyakan kita menghabiskan setengah dari waktu kita untuk mengharapkan hal-hal yang sebetulnya bisa kita peroleh jika kita tidak membuang setengah dari waktu kita untuk berharap.

Alexander Woollcott



Hati ini selalu bergelut, bahkan mungkin terheran
apa yang membuat diri ini impoten,
apa yang membuat gerak tidak efektif
apa yang membuat mimpi tidak terwujud

ternyata, ada dua energi yang selama ini saling bertabrakan..
yaitu energi mimpi dan energi untuk bertindak.


Maka, hari ini saya akan bermimpi sepenuh hati dan bertindak sepenuh hati. Saya akan melakukan keduanya secara bergantian. Tak akan kubiarkan kedua energi ini saling menghancurkan

Minggu, 17 Oktober 2010

cinta 4 milimeter

4komentar

‘Aku mencintaimu. Cintaku padamu sedalam palung, seluas samudera’

‘I love you beibeh, lebih dari apapun di muka bumi ini’

‘ Bila aku dalam kondisi yang diharuskan untuk memilih antara kamu atau dunia ini, jelas aku memilihmu. Karena cinta’

Duh, maafkan saya. Saya di sini tidak bermaksud untuk menjadi seorang pria gombal. Saya pun tidak bermaksud untuk mendeklarasikan diri bahwa saya adalah pria romantis. Saya pun tidak bermaksud untuk menjual diri saya kepada para wanita yang tersentuh saat membaca tiga kalimat di atas. Tapi saya hanya ingin menganalisa kallimat di atas. Karena saya bukanlah pujangga, yang pandai merangkai kata.

Tiga kalimat di atas, sungguh bermakna sangat dalam bagi saya. Bagaimana kiranya bentuk cinta yang dalam, sedalam palung Mariana? Bagaimana kiranya bentuk cinta yang luasnya seluas samudera. Bagaimana kiranya bentuk cinta yang besarnya lebih dari bumi ini?? Saya bingung, tolong ajari saya tentang ini.

Karena mungkin lingkungan telah mempengaruhi saya bahwa cinta itu cantik, dan cantik itu cinta. Bagaimana tidak, iklan produk kecantikan di televisi bertujuan untuk mendapat cinta. Sinetron telah menghipnotis saya akan ‘cinta pada pandangan pertama’. Musik telah mengajarkan saya bahwa ‘cantik itu cinta’. Sedikit banyak, telah membuat otak saya mengiyakan bahwa ‘cinta itu cantik’. Tak pantas dicintai, wanita yang tidak cantik.

Ya, salah satu indikator kecantikan itu adalah kulit. Semakin putih kulit wanita, semakin cantiklah ia, dan semakin layak untuk dicintai. Semakin mulus kulit wanita, semakin layaklah ia untuk dicintai. Semakin cantik wajahnya, semakin banyak orang-orang ingin memilikinya. Dan itulah cinta.

Lantas, timbul pertanyaan dalam benakku. Ini terkait dengan kalimat ini

‘Aku mencintaimu. Cintaku padamu sedalam palung, seluas samudera’

Benarkah bila statement tersebut dilontarkan pada ‘cinta’ yang bertipe demikian?? Saya menemukan kejanggalan yang sangat mendasar. Sangat jauh keindahan kata tersebut dengan realita yang terjadi.

Kulit manusia sesungguhnya terdiri dari epidermis dan dermis. Mungkin engkau akan tercengang mengetahui fakta bahwa kulit adalah organ yang terberat dalam tubuh kita. Dan seseorang akan terlihat menarik saat keseluruhan komponen kulitnya utuh, utuh tersusun dari epidermis (yang lengkap dengan 5 lapisnya: stratum corneum, stratum lucidum (kondisional),stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale) dan dermis. Mirisnya, ketebalan si epidermis ini hanyalah 4 mm saja.




Kemana perginya ‘cinta sedalam palung seluas lautan’ bila ternyata landasan cinta kita hanyalah ‘cantik’, ‘sedap dipandang’? Kemana perginya ‘cinta sebesar bumi’, padahal hanya setebal 4 milimeter? Apakah selama ini pikiranku ternodai oleh ‘cinta 4 mm’? Ataukah mungkin cintamu akan hangus terbakar saat muka kekasihmu mengalami luka bakar?



Bila engkau ingin mengutarakan ‘cinta sedalam palung’, maka cintailah ia lebih dalam daripada itu. Bila engkau ingin mengucapkan ‘cinta seluas lautan’, cintailah ia lebih luas daripada itu. Bila engkau ingin melontarkan ucapan ‘cinta sebesar bumi’, berilah ia cinta lebih besar daripada itu. Lebih dari itu, mencintailah untuk bersyukur kepada-Nya.

QS Ar-Ruum (30) : 21

dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Ya, kekasihmu akan memberikan kecenderungan dan ketentraman padamu. Bukan melalui kulitnya yang hanya setebal 4 milimeter. Namun, sesuatu yang lebih daripada itu. Sesuatu yang lebih dalam dari palung, sesuatu yang lebih luas dari samudera, sesuatu yang lebih besar dari bumi ini. Maka, cintailah ia untuk bersyukur.

‘Karena tak pantas disebut kekasih apabila tidak membuat kita lebih dekat dengan-Nya’

QS At-Taubah : 24

Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.



gambar didapat dari:

http://www.guatemalaproject.org/51301.html?*session*id*key*=*session*id*val*

Selasa, 05 Oktober 2010

Sebuah Nama Untukmu

3komentar

Bismillahirrahmaanirrahiim

Anakku sayang,

Saat ini memang engkau belum pentas di muka bumi ini. Dan entah berapa tahun kemudian engkau hadir di dunia ini. Bila Tuhan mengijinkan, kuingin engkau berada dalam peluk timangku sambil terbata-bata mengucapkan ‘Ayah’ atau ‘Papa’. Tak lupa pula engkau kembangkan senyum manismu kepada ayahmu. Senyum manis yang dapat menghilangkan beban pikir dalam benakku.

Anakku sayang,

Ngomong-ngomong, ayah belum memiliki rancangan gelar yang akan kau sandang. sebuah gelar yang tersimpan doa dan harapan di dalamnya. Sebuah gelar yang akan menjadi semangat hidupmu. Sebuah gelar yang akan mewarnai esensi kehidupanmu ke depannya. Ya, ayah belum memiliki sebuah nama untuk diwariskan kepadamu, nak. Sungguh, ayah malu.

Apa engkau tidak penasaran dengan nama ayah, nak?? Makna nama ayah cukup berat, nak. Yaitu ‘Kebaikan Yang Sempurna’. Bagaimana mungkin seorang manusia memiliki sebuah kebaikan yang sempurna?? Sungguh mustahil bukan nak??

Berbeda jauh dengan makna gelarku, ayah malah tidak memiliki semangat ‘kebaikan’ itu. Seringkali, ayah menyusahkan ibuku, nenekmu. Bahkan semenjak ayah masih berada dalam kandungan nenek.

Bayangkan saja nak, ayahmu berada 9 bulan dalam kandungan nenekmu. Cukup merepotkan bukan?? Terutama saat-saat menjelang kelahiran ayah.

Pada tanggal 30 April 1990 pagi, nenekmu masuk rumah sakit karena sudah bukaan 3. Masa-masa di mana ayah akan ‘terjun’ ke dunia ini. Dokter kandungan telah memperkirakan bahwa kelahiran akan terjadi sore harinya. Namun kenyataan berkata lain. Nenekmu tetap dalam kondisi bukaan 3 sampai tanggal 1 Mei 1990 paginya.

Mulailah sang dokter kandungan memberikan induksi Oxytocin untuk memperkuat kontraksi rahim. Namun entah mengapa, kondisi nenekmu saat itu tetap bukaan 3!! Karena kondisi yang terlampau lama, terjadilah pendarahan yang cukup banyak, sehingga kondisi jantung nenekmu melemah. Saat itu, ayah membahayakan nyawa nenekmu, nak.

Selidik-selidik, ternyata saat itu badan ayahmu cukup besar nak, sehingga menyebabkan kondisi dystocia, yaitu kondisi di mana ayah sulit untuk dilahirkan. Maka, nenekmu dengan segera dibawa menuju ruang bedah. Bayangkan nak. Ruang bedah!! Bukan ruang persalinan. Pasukan medis pun terdiri dari dokter kandungan, dokter penyakit dalam, dokter anak, dan dua bidan.

Dengan dipantaunya jantung nenekmu oleh dokter penyakit dalam, para bidan kemudian mendorong perut nenek, sedangkan kepala ayah saat itu di-vakum. Namun sayang, usaha vakum gagal. Ayah masih nyangkut di dalam rahim. Usaha kedua pun dilakukan dengan cara yang sama. Namun lagi-lagi tidak membuahkan hasil. Para pasukan medis pun mungkin sedikit putus asa di sana. Namun yang lebih menyedihkan, nenekmu semakin lemas di ranjang bedah.

Usaha ketiga pun akhirnya dilakukan. Dengan vakum bertenaga maksimum serta dorongan maksimum dari para bidan, akhirnya ayah terlahir ke dunia ini dengan selamat. Bayangkan nak, betapa ayah sungguh merepotkan nenekmu dulu, 20 tahun silam.

Tidak sampai situ, karena kondisi ayah yang kurang baik saat itu,setelah lahir ayah langsung diinkubasi selama 3 hari. Saat itu nenekmu belum sempat sekalipun melihat muka ayah karena kehabisan darah. 4 hari setelah melahirkan, barulah nenekmu berkesempatan untuk melihat dan menggendong ayah yang masih mungil ini.

Perjuangan yang sangat berat, perjuangan yang tiap detiknya mempertaruhkan nyawa, hanya demi melahirkan seseorang seperti ayah. Siapa ayah saat itu?? Bukanlah siapa pun. Hanya seseorang yang hanya bisa menangis merengek untuk kebutuhan hidupnya. Hanya ‘demi’ makhluk lemah seperti itu, nenekmu bertaruh nyawa. Mungkin seumur hidupnya, ayahmulah orang pertama yang membuatnya sekarat.

Nama bermakna ‘Kebaikan yang Sempurna’ pun disandangkan kepadaku sebagai wujud syukur kepada Allah SWT karena telah melewati perjuangan yang luar biasa. Nama yang sangat berat bagi ayah, karena tidaklah mungkin seorang manusia mencapai kesempurnaan. Namun, di balik beban itu, tersimpan sebuah harapan dan doa. Ayah diharapkan untuk senantiasa menebar manfaat kepada sekitar, senantiasa menerapkan konsep Rahmatan lil ‘aalaamin dalam setiap alunan waktu ayah. Dan semangat untuk senantiasa kucari, kukejar, dan kugenggam makna sejati dari ‘Kebaikan yang Sempurna’.

Karena itulah nak, ayah sangat malu malam ini, saat ayah menulis surat ini. Malu karena ayah belum memiliki semangat untuk dialirkan kepadamu. Malu karena ayah merasa belum siap untuk menjadi ayah yang terbaik bagimu. Belum siap diri ini untuk mencetak manusia yang jauh lebih baik daripada ayah. Tapi ayah tetap menginginkan kehadiranmu. Mari kita sama-sama kuat dengan menguatkan, tumbuh dengan menumbuhkan, dan maju dengan memajukan, nak.

Tunggulah saatnya. Saat engkau hadir di dunia ini dengan senyum indahmu, kupastikan engkau mendapat nama terindah yang maknanya akan mengisi setiap hirup napasmu. Kan kuberikan engkau sebuah nama terindah kristalisasi hati dan jiwa ayah. Sebuah nama terindah dari hati yang tak mati.

Jatinangor, 5 Oktober 2010

Ayahmu,

Ikhsanun Kamil Pratama


http://azkamadihah.wordpress.com/2010/lomba-surat

Sabtu, 02 Oktober 2010

kisah kesucian sperma

0komentar

Bismillah

Sedikit berbagi tentang hikmah menarik yang terkandung di dalam sperma. Dan ini juga sedikit spoiler tentang salah 1 dari 99 inspirasi medis yang akan saya usahakan tertuang dalam buku berjudul 'Medical Asma'ul Husna'. Hope u enjoy it :)



Ya Quddus



Sperma…

Hmm apa yang terbayang dalam benakmu saat mendengar kata satu ini?? Sel ini merupakan sel yang diproduksi di dalam buah zakar pria. Sel ini merupakan jenis sel yang aktif bergerak. Bentuknya seperti berudu. Tersusun dari bagian kepala, bagian leher, dan bagian ekor. Pada bagian kepala inilah tersimpan informasi-informasi manusia dalam format DNA. Sedangkan pada bagian ekor, Allah mendesain bagian ini memiliki banyak mitokondria karena tugas dari ekor ini adalah untuk pergerakan si sperma. Maka jangan heran bila sel satu ini merupakan sel yang sangat lincah.


Sperma…

Cairan putih ini memiliki kekentalan yang cukup tinggi. Kekentalan ini dimaksudkan sebagai nutrisi bagi sel-sel sperma. Kekentalan ini pun Allah berikan agar sperma tersebut mampu untuk bertahan hidup di lingkungan rahim, lingkungan yang asing bagi dirinya. Memang, tiada yang sia-sia pada apa yang telah Allah ciptakan.


QS Ali Imron (3) : 191

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.


Sperma…

Lagi-lagi bicara sperma…


Sebetulnya, bagaimana engkau memandang sperma??? Apakah ada rasa kekaguman di dalamnya?? Baik saya maupun kamu, pasti merasa jijik sama benda satu ini walaupun di awal tadi telah sedikit saya paparkan keindahannya, keluarbiasaan yang terkandung di dalamnya. Gak masalah, memang itulah fitrah kita. Dan memang karena itulah sperma pun haram kita konsumsi, betul?? Mungkin tidak berlebihan bila saya ucapkan bahwa kita memandang sperma itu sebagai sesuatu yang hina.


Inilah sesuatu yang ‘nikmat’ kita renungkan bersama. Sudah bukan rahasia bahwa sebetulnya, badan kita terbentuk dari sesuatu yang kita anggap hina itu. Pernahkah kita mengagung-agungkan sperma?? Saat ada sperma, lalu kita menganggapnya sebagai ‘air suci’, pernahkah kita seperti itu?? Ya, bahan dasar manusia saja kita pandang rendah. Karena itulah, lucu sekali bila kita memandang diri kita sendiri berderajat lebih tinggi dari manusia lain atau kita menganggap bahwa kita suci.


QS An-Najm (53) : 32

(yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.


Tidak!! Semua manusia memiliki derajat yang sama di mata-Nya. Apakah ada manusia yang terbentuk dari emas?? Apa ada yang terbentuk dari air raksa?? Atau mungkin ada yang terbentuk dari air sirup yang manis rasanya??


Tidak!! Semuanya terbentuknya dari air mani. Cairan yang haram untuk dikonsumsi, cairan yang hina dalam mata kita.


QS Al-Mursalaat (77) : 20

Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?


Cukup eksplisit dan cukup dalam 'menusuk' hati ayat barusan. Sungguh, sebetulnya diri kita ini berada pada derajat yang sangat rendah. Diri ini sejatinya sungguh sangat hina. Namun simaklah ayat berikut ini.


QS Al-Israa (17) : 79

dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.


Allah senantiasa akan mengangkat kita dari tempat yang hina ke tempat yang terpuji. Bayangkan, semula posisi kita berada di tempat yang hina, namun Allah akan mengangkat kita ke tempat yang suci, dengan satu kunci, yaitu keimanan.


QS Al-Baqarah (2) : 25

dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada Kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.


Seberapa suci Engkau Ya Allah yang meningkatkan derajat kami? Sungguh, tidak terbayangkan oleh kami saking sucinya engkau. Ya Allah Ya Quddus


QS Al-Jumu’ah (62) : 1

Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, yang Maha Suci, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.



Medical Asma'ul Husna

Coming Soon

Kamis, 23 September 2010

beban

1 komentar

Setting : Jatinangor, 21 September 2010

Sore hari ini, pukul 16.00, telah tercatat dalam agendaku tentang acara ‘Halal bi Halal’ Senat FKUP, dan seharusnya saya berada di sana tepat waktu.Entahlah, agenda ini merupakan salah satu agenda yang sangat ingin saya hadiri dengan tidak telat sedetik pun. Mungkinkah karena ingin bersilaturahim dengan sesama?? Atau mungkin sudah tidak lama berada dalam keramaian?? Entahlah, yang jelas saya ingin ke sana dan tidak ingin tersia-siakan satu detik pun.

Waktu pada jam tanganku menunjukkan pukul 13.30. Tiba-tiba saya kembali teringat akan agenda ‘dadakan’ yang mau tidak mau harus saya penuhi, yaitu ngumpul calon delegasi acara ‘antibiotic’ yang akan dilaksanakan di Padang. ‘Aaaahh, napa harus jam 4 juga????’, gumamku dalam hati. Dengan kaki , yang agak berat menuju ke sana dan berharap pertemuannya cepet beres.

Singkat cerita, pertemuan itu akhirnya beres jam 5 kurang 15. Karena gak bawa kendaraan, bersegeralah diriku ke bale 4 untuk berpartisipasi di Halal bi Halal. Dan memang sedikit kaget juga waktu sampai di sana, saya langsung ‘disuguhkan’ games dan ‘video klip cinta’ persembahan pasangan MC acara, Acim n Otay!! -_-. Lelah yang ‘kuderita’ karena mengambil langkah seribu dari FK pun bertambah karena ngakak melihat tingkah mereka. Serasi beud kalian boy! Cemburu aku melihatnya. Hha

Kegiatan ‘video klip’ pun beralih ke acara yang lebih ‘sendu’. Suatu renungan dari Ribonk, sang Ketua Sema periode ini, yang menurut saya cukup tajam, namun sebetulnya simpel. ‘Sisa kepengurusan kita hanyalah 4 bulan lagi. Selama 8 bulan ini, apa yang telah teman-teman dapatkan di Senat?’.

Terdiam diriku mendengar pertanyaan lontaran Ribonk. Apa saja yang telah saya dapatkan di senat selama kepengurusan ini?? Selama 8 bulan saya diamanahkan sebagai kasie PKM, apa yang saya dapatkan??

Ternyata, saya hanya mendapat satu hal saja, yaitu BEBAN.

Beban karena saya harus melayani 1200 mahasiswa FK Unpad..

Beban karena saya diamanahi 23 staf yang harus saya kembangkan..

Beban karena saya harus menjawab permasalahan-permasalahan di FK Unpad dalam bentuk proker..

Beban karena menjadi kasie menyebabkan saya ‘melek’ akan permasalahan di FK Unpad yang sebelumnya tak terlihat..

Beban karena saya harus berpikir lebih banyak dari yang lain..

Beban karena saya senantiasa ‘ditodong’ dengan evaluasi dan LPJ..

Beban karena merasa 8 bulan ini saya cenderung stasis

Beban pula mengingat sisa kepengurusan 4 bulan, harus Hurry Go Round.

Beban… (ah sudah ah beban terus..)

Bebanlah yang mewarnai kehidupan saya. Bebanlah yang telah saya dapatkan di senat.

Namun tahukah kawan?? Beban ini justru merupakan anugerah terindah bagi saya..

Dengan beban ini,saya semakin sadar bahwa saya tidak bisa apa-apa, sehingga insya Allah saya lebih dekat dengan-Nya

Dengan beban ini, bertambah pengertian saya tentang ‘aku makhluk sosial’

Dengan beban ini, kesombongan masa lalu saya sedikit demi sedikit menghilang

Dengan beban ini, melatih saya untuk mengasah kemampuan diri

Dengan beban ini, saya bisa menutup lubang permasalahan yang ada

Dengan beban ini, membuat saya melakukan tindakan bagi yang lain sebagai ibadah pada-Nya

Tidak selamanya beban itu suatu hal yang buruk. Masih ingatkah saat kita masih menjadi beban bagi ibu kita dulu?? Saat kita masih berada di rahim, bukankah ibu kita dengan ikhlas dan senang hati menopang ‘beban’nya dulu??

Sungguh, senat memberikan sebuah beban yang ternyata merupakan nikmat yang tak terkira buat saya. Seenat memberikan beban yang tak ternilai harganya. Dan sungguh, saya sangat bersyukur akan beban yang saya topang selama ini.

-Karena hidup adalah beban, namun beban itulah yang mendekatkan kita pada-Nya-

-Dengan bebanlah kita mengabdi, mempersembahkan sesuatu dari hati yang tak mati-

Jatinangor, 23 September 2010

17.10 waktu leptop saya

Senin, 20 September 2010

Sekilas tentang Kedokteran Islam

2komentar

Sebelumnya, saya ingin sedikit membahas tentang definisi ‘kedokteran islam’. Kalau boleh jujur, saya SANGAT TIDAK NYAMAN dengan terminologi ‘Kedokteran Islam’. Seolah mengesankan pembelajaran sains dan bentuk penerapannya tidak islami. Padahal bila kita lihat firman-Nya di QS Al-Isra : 44

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.

Seluruh makhluk-Nya bertasbih kepada-Nya. Artinya, sel-sel tubuh kita, reaksi biokimia dalam tubuh kita, struktural dan fungsional tubuh kita, kesemuanya sudah bisa kita bilang ‘islami’. Itulah ayat kauniyah-Nya. Adapun sains kedokteran yang terkuak oleh bermacam peneliti muslim maupun non-muslim adalah tafsir mereka terhadap ayat kauniyah-Nya. Meskipun, baik disadari oleh para peneliti itu atau tidak, sains yang kita nikmati sekarang merupakan bukti kekuasaan-Nya. Sudah cukup ‘islami’ bukan apa yang terjadi dalam tubuh kita?? Ini adalah alasan pertama kenapa saya kurang nyaman dengan istilah ‘kedokteran islam’ terlepas dari epistemologi aksiologi dan semacamnya.

Kemudian, yang menjadi kerancuan kedua adalah bahwa ‘kedokteran Islam’ satu ini cenderung menempel dengan ‘Thibbun Nabawi’ yang diberi embel-embel ‘pengobatan dari wahyu’ yang dampaknya adalah adanya pertentangan konsep ‘kedokteran Islam’ dengan ‘kedokteran modern’ yang kita pelajari di kampus. Mungkin secara real bisa kita lihat menjamurnya praktisi thibbun nabawi, yang dimana merupakan hasil dari dikotomi antara ‘kedokteran islam’ dan ‘kedokteran modern’.

Dalam buku ‘Pilih resep Nabi atau resep dokter?’, dr. Sunardi memaparkan bahwa Thibbun Nabawi ‘hanyalah’ hasil konfirmasi boleh tidaknya suatu zat untuk pengobatan dan bentuk rekomendasi saja. Salah satu contohnya adalah bekam. Bekam telah ada dan digunakan oleh bangsa Cina jauh sebelum kelahiran Rasulullah SAW. Kemudian beliau mengkonfirmasi tentang dibolehkannya metode ini.

Bukan berarti maksud saya untuk membuang jauh-jauh konsep thibbun nabawi dari ‘kedokteran islam’. Namun, menurut saya kedokteran islam itu campuran dari kedua konsep yang bertentangan itu. Kedokteran yang bermula dari penelitian alias kedokteran modern pun sudah cukup ‘islami’. Mari kita lihat beberapa ayat berikut ini

QS Al-Jatsiyaah (45) : 13

Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.

QS Adz-Dzariyaat (51) : 21

dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?

Dari dua ayat di atas saja JELAS Al-Quran telah memaparkan semangat penelitian merupakan semangat yang cukup islami dan Allah telah ‘menawarkan’ objek-objek penelitian semuanya di langit dan di bumi untuk kita eksplorasi dan kita manfaatkan.

Maka, kedokteran modern yang kita pelajari dan kita nikmati setiap hari di kampus merupakan kedokteran yang cukup islami. Inilah alasan kedua saya akan ketidaknyamanan istilah ‘kedokteran islam’. Bukankah secara tidak langsung istilah ini merupakan usaha sekulerisasi??

Maka bila ditanya ‘apa kegunaan kedokteran islam dalam menjawab tantangan era globalisasi?’ kurang tepat. Karena (1) kedokteran sudah ‘islami’, justru PR kita bersama untuk menyadarkan ini ke semuanya, (2) kedokteran itu sendirilah yang mengalami globalisasi, bukan instrumen untuk menjawab globalisasi. Justru, Al-Quran yang kita jadikan instrumen untuk menjawab globalisasi. Dalam hal ini, Al-Quran merupakan jawaban dari globalisasi kedokteran.

Disadari atau tidak, kedokteran zaman sekarang sangat bermasalah.

Salah satunya adalah saat pendidikan kedokteran di fakultas. Masalah yang sangat besar di sini adalah kurangnya peranan ilmu kedokteran di fakultas dalam meningkatkan keimanan siswanya. Padahal, bila sistem pembelajaran di fakultas di’satu napas’kan dengan Al-Quran, atau minimal dengan bentuk refleksi/renungan seperti ‘sungguh harmoni sekali reaksi biokimia dalam tubuhku Ya Allah. Sungguh indah harmoni antara anabolisme dan katabolisme. Tidak terbayang apabila Engkau tidak menyediakan anabolisme dalam tubuhku. Mungkin tubuhku telah terbakar menjadi abu. Maha Suci Engkau Ya Allah. Tanpamu, aku bukan apa-apa’, insya Allah keimanan calon dokter bertambah di sini. Keimanan ini akan membentuk akhlaqul Qurani seperti yang dicontohkan Rasulullah, yang tentunya dapat menjawab pertanyaan masyarakat tentang attitude seorang dokter. Karena sekali lagi, ilmu kedokteran adalah ilmu tauhid dan tiap tindakan atom dalam tubuh kita pun telah Allah janjikan hikmah yang luar biasa.

QS Al-Baqarah : 26

Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,

Kemudian, permasalahan besar selanjutnya adalah adanya kesenjangan antara ‘medical as humanity’ dan ‘medical as science’. Misalkan, saya agak heran dengan pola perkembangan penelitian pengobatan suatu penyakit. Misalkan antara penyakit HIV dan malaria. Kenapa perkembangan pengobatan HIV sangat pesat yang sayangnya tidak sepesat untuk malaria?? Yang saya analisa adalah bahwa HIV kebanyakan telah menjadi ‘penyakit orang kaya’ sedangkan malaria hanyalah ‘penyakit orang miskin’. Mungkinkah penyakit orang miskin tidak menjanjikan dari segi ekonomi bagi para peneliti?? Ini adalah salah satu masalah besar karena para peneliti (dalam kasus ini) bekerja demi uang. Bagaimana bila para peneliti tersebut bekerja demi Allah?? Pastilah para peneliti ini setidaknya akan berusaha menjadi seorang khalifatu fil ‘ard. Al-Quran sekali lagi merupakan solusi dari permasalahan ini.

Intinya, Al-Quran akan menjawab globalisasi kedokteran secara sistemik. Al-Quran akan menjawab semua permasalahan yang sangat banyak terjadi. Masalah kompetensi dokter, penyediaan cadaver, hubungan dokter-pasien, bermacam aktivitas medis seperti stem cell,iPS (induced pluripotent stem cell), bank biologis, human parthenogenesis, dan lain-lain semuanya akan terjawab BILA pembelajaran kedokteran dan Al-Quran telah satu napas. Telah satu napas pembelajaran ayat Qauliyah dan ayat Kauniyah.

QS Al-Hasyr (59) : 1

Telah bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Wallahu’alam bishshawwab

 

Ikhsanun Kamil Pratama © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates