Selasa, 29 November 2011

behind the scene: 'The Miracle of Death'

Akhir-akhir, saya memang mencetak sebuah produk training baru yang berjudul ‘The Miracle of Death’. Banyak respon memang, dimulai dari respon ‘iiiiih, sereem amaat’, ‘apaan sih maksud lo?’, ‘hmm, menarik!!’, dan masih banyak lagi respon yang bagaikan pelangi, bermacam warnanya.

Terlepas dari bermacam respon di atas, saya pun senantiasa merenung tentang banyak hal, terutama tentang sebuah kepantasan. Seringkali sebua pertanyaan terlintas di kepala saya ‘kamu memang sudah sehebat apa sampai mampu untuk membawa training ‘seberat’ ini?’

Memang, saya belajar banyak dari sekeliling saya tentang integritas, yaitu bagaimana kita senantiasa selaras tindakan, ucapan, dan pikiran. Karena itu, ‘haram’ hukumnya bila saya tidak melakukan apa yang saya sampaikan. Jujur saja, sebagai manusia biasa, saya sendiri takut akan kematian. Takut akan ‘sensasi’ kematian yang sepertinya pedih tak terperi.

Hal ini membuat saya sempat galau selama dua minggu. Selama dua minggu, saya senantiasa menangis ria di kosan, saat saya mengingat mati. Bayangkan saja, saya takut akan mati. Hanya saja, saat saya belajar tentang kematian sel dalam dunia perkuliahan saya, saya semakin tercengang dan semakin tersentuh hati saya, karena ternyata tubuh kita senantiasa mati sepanjang hari.

Saya seram membayangkan bahwa usia darah merah hanya sekitar 120 hari, it means, setelah 120 hari, darah akan mati dalam pembuluh darah kita. Sehingga, kematian telah ada dalam pembuluh darah saya.

Saya ngeri membayangkan bahwa tulang kita ternyata tersusun lebih banyak berupa benda mati sehingga tulang mampu kokoh sekeras yang kita rasakan sekarang. Ternyata, tulang kokoh karena kematian…

Saya ngeri membayangkan bahwa sistem imun dalam tubuh kita senantiasa mati saat bertempur melawan serangan-serangan bakteri dari luar, dan ‘mayatnya’ pun bkan dibuang dari dalam tubuh kita..

Semakin banyak kurenungi, semakin merasa bahwa sebetulnya kematian sudah sangat dekat dengan diri ini. Bahkan, mau saya kabur kemanapun, saya kan senantiasa membawa tubuh yang dimana banyak sekali terdapat kematian yang tersimpan di dalamnya.

Lantas saya berpikir, selama ini saya senantiasa menempatkan ‘kematian’ sebagai ‘pelaku kejahatan’. Apakah iya bahwa kematian sama sekali tidak memiliki kebaikan sama sekali di dalamnya?

Saya tercengang dengan sebuah fakta bahwa tubuh kita senantiasa beregenerasi setiap waktu. Misalkan kulit. Herannya, kenapa kulit kita tidak senantiasa setebal kulit badak? Jawabnya satu, karena adanya penyeimbang regenerasi sel, yaitu KEMATIAN.

Tanpa adanya kematian, ternyata terjadilah sebuah penyakit yang dinamakan kanker, yang bisa sahabat simak kembali simaknya di sini. Semakin menangislah diriku bahwa ternyata betapa bodohnya diri ini, betapa piciknya melihat kematian sebagai ‘kejahatan’. Ternyata, kematian merupakan sahabat yang dirindukan.

Dengan mengingat kematian pun, saya merasakan bahwa tidak boleh terjadi waktu yang terbuang sia-sia. Dengan ingat mati, saya harus senantiasa mempersembahkan karya terbaik pada-Nya setiap waktu, dan harus senantiasa bergegas, tanpa pertimbangan panjang lagi untuk senantiasa berbuat baik. Intinya, di sini saya belajar bagaimana caranya menjadi distributor kebaikan.

Betapa piciknya diri ini memandang kematian. Betapa zalimnya pikiranku akan kematian. Ternyata, mengingat kematian kan senantiasa melejitkan kehidupan. Karena itu, aku semakin tersentuh saat melihat sebuah hadis berikut ini…

‘Aku tinggalkan kamu di atas jalan yang terang, dan aku tinggalkan untukmu dua juru nasihat, yang berbicara dan yang diam.

Penasihat berbicara ialah Al-Quran dan yang diam ialah Maut.

Apabila kamu menghadapi persoalan-persoalan yang musykil, maka kembalilah kepada Al-Quran dan Sunnah

Dan apabila hatimu kesat-kusut, maka tuntunlah dia dengan mengambil iktibar tentang peristiwa-peristiwa kematian’

Entahlah, karena hal ini, diri ini senantiasa mendapatkan panggilan untuk senantiasa menyebar tentang kematian. Semoga akan banyak pribadi-pribadi yang akan melejit karena mengingat kematian ini. Banyak pribadi-pribadi yang memberikan manfaat lebih terhadap sekitar.Banyak yang kan senantiasa berbuat yang terbaik di dunia ini, karena siapa tahu saya kan meninggal sedetik, sejam, atau se-siapa yang tahu. Semoga, kematian senantiasa berada dalam khusnul khatimah, mati dalam keadaan berbuat baik, mati dalam kondisi ibadah semurni-murninya karena-Nya. Aamiin

Bagi sahabat yang senantiasa ingin mengadakan training ini, sahabat bisa kontak sahabat perjuangan saya:

Nama FB: Regiasa Gardhika

Twitter: @regiasagardhika

no hp: 083821659590




0 komentar:

Posting Komentar

 

Ikhsanun Kamil Pratama © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates