Selasa, 21 Juni 2011

Tukang Parkir


Hei, engkau tahu? Ternyata saya sangat mengagumi sebuah profesi yang tidak asing lagi kita. Sebuah profesi yang sering kita lihat sering berada di pinggir jalan. Ya, profesi itu adalah sang tukang parkir.

Tentu pekerjaannya setiap hari adalah menjaga mobil yang menumpang di daerah ‘jajahannya’. Tergantung seberapa luas jajahannya, tentu saja mobil yang dititipkannya pun akan semakin banyak. Dan mobil yang dititipkan pun bervariasi. Ada yang biasa saja bahkan mungkin bisa sampai yang berharga milyaran, mobil yang sangat mewah.

Kemudian, setelah itu tentulah sang pengemudi akan kembali mengaqmbil mobil miliknya, dan sebagai apresiasi kepada sang tukang parkir, diberikanlah upah dari usahanya menjaga mobil.

Mungkin sekilas kita melihat bahwa kerja sang tukang parkir hanya ‘begitu’ saja. There’s nothing special. Namun ternyata, dibalik kesederhanaan kerjanya, saya menemukan sebuah kebijaksanaan yang rumit, sebuah kebaikan yang luar biasa halusnya. Profesi tukang parkir membuat saya menjadikan profesi ini sebagai cita-cita. Ya, saya ingin menjadi tukang parkir, tukang parkir kehidupan!!

Lihatlah bagaimana indahnya tukang parkir bekerja. Segala yang datang hanyalah titipan. Mobil-mobil berharga 30 juta-an sampai yang paling mewah sekali pun, ternyata itu hanyalah tumpangan bagi sang tukang parkir, yang tentu saja bisa kapan saja diambil kembali oleh sang pengemudi. Pada kasus ini, sang tukang parkir pun tak pernah mengaku-aku bahwa mobil yang menumpang di jajahannya adalah miliknya. Namun, ia sadar sepenuhnya bahwa semua mobil yang menumpang hanyalah titipan.

Saking sadarnya akan titipan, ia pun betul-betul menjaga mobil yang berada di jajahannya. Takkan ia biarkan dileceti orang lain atau dirinya sendiri. Takkan ia biarkan si mobil terdzalimi oleh pihak manapun, termasuk dirinya sendiri.

Begitu pun dengan hidup kita. Ternyata kita pun adalah seorang tukang parkir. Begitu banyak ‘mobil’ yang parkir di daerah kita. Mulai dari organ tubuh kita sampai menuju sel-selnya, orang-orang yang kita cintai, dari apa yang kita konsumsi, apa yang kita gunakan, apa yang kita beli, ternyata semuanya hanyalah ‘mobil’ yang parkir dalam kehidupan kita. Yang dimana, tentunya Sang Pengemudi bisa mengambilnya kapan pun.

Entahlah, kita takkan tahu kapan Sang Pengemudi mengambil ‘mobil’ yang ‘parkir’ di kehidupan kita. Sampai kapan kita masih mampu merasakan tangan kita bergerak, kaki kita, ginjal kita, bahkan mungkin jantung kita, kita takkan tahu sampai kapan.

Orang-orang yang berada di sekitar kita, kita pun takkan tahu kapan Sang Pengemudi akan kembali mengambilnya. Begitu pula dengan harta, makanan, dan apapun yang semua hanya parkir dalam hidup kita. Kita takkan tahu.

Lantas bagaimana dengan kita?

Apakah iya, tubuhmu adalah milikmu? Sehingga engkau dengan santai merusak dan merusak tubuhmu sendiri dengan gaya hidup yang kurang menyehatkan?

Apakah iya, orang yang kau cinta adalah milikmu? Sehingga engkau layak menjadi orang yang demikian posesif?

Apakah iya, harta yang kau dapatkan adalah milikmu? Sehingga engkau mampu menggunakannya sesukamu, memanjakan nafsumu?

Karena hal inilah, saya sangat ingin menjadi seorang tukang parkir kehidupan. Apa-apa yang dititipkan, ingin kujaga sebaiknya. Dan memang saya harus siap kapan mobil-mobil kehidupanku diambil kembali oleh Sang Pengemudi. Biarlah kelak Sang Pengemudi memberikan upah yang sepantasnya kelak, saat mobil-mobil kehidupanku mulai pergi dari area jajahanku J



0 komentar:

Posting Komentar

 

Ikhsanun Kamil Pratama © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates