Jumat, 15 April 2011

Taman Bunga Anemone

Bayangkanlah saat ini anda berada di sebuah desa yang sangat nyaman, sangat makmur, dan sangat tentram. Desa ini begitu indah karena ia diselimuti oleh sebuah selendang fauna yang sangat luar biasa indah, disertai dengan iringan aroma yang khas dari kebun bunga yang tumbuh disana. Bahkan, anda pun merasa sangat nyaman berada di dalamnya.

Desa ini ternyata sangat terkenal oleh bunga anemonnya. Bunga anemone di desa ini bisa dibilang bunga yang keindahannya world-class. Tiada yang menyaingi anemone dari desa ini. Bahkan bisa dibilang, di sinilah satu-satunya sumber anemone terbaik sedunia. Kuncupnya yang indah, aromanya yang semerbak, serta warnanya yang memanjakan hati merupakan keunggulan utama dari anemone di desa ini. Maka jangan heran kalau profesi bertanam bunga anemone menjadi primadona di desa ini.

Pak Amin adalah seorang petani anemone yang sangat sukses, karena memang tak diragukan lagi, di antara tumpukan emas itulah ia paling berkilau. Di antara anemone terindah di dunia itu, taman pak Amin yang paling indah dan menawan bunganya di antara petani anemone lainnya. Entahlah, seakan ia memiliki bibit anemone super, tiap kali ia menanam anemone baru, hasilnya selalu luar biasa indah. Tak jarang, hal ini cukup membuat rekan seprofesinya iri hati.

Salah satunya adalah Pak Budi. Memang tak bisa dipungkiri bahwa dalam hatinya terbesit sedikit rasa iri. Namun, ia dengan memberanikan diri melakukan satu hal yang belum pernah orang lain lakukan, yaitu MEMINTA bibitnya langsung ke pak Amin. Apa yang akan anda lakukan kalau anda adalah pak Amin?

Aneh bin ajaibnya, pak Amin memberikan sekarung kecil bibit bunga anemone miliknya dengan tulus ikhlas secara cuma-cuma. Tentu saja, pak Budi kegirangan setengah mati, walaupun ekspresinya bisa ia tahan. Lantas Amir, anak pak Amin, cukup terheran akan perilaku bapaknya. Mengapa semudah itu bapaknya memberikan bibit anemone kualitas tinggi?

Semenjak kejadian itu, pak Budi jadi memiliki banyak pengikut, dalam artian hampir semua tetangganya pun mulai meminta bibitnya kepada pak Amin. Mereka pun tentu tidak ingin kalah bersaing, mereka ingin pula tamannya dihiasi oleh bunga anemone yang tak kalah saing. Lantas, apa yang akan anda lakukan apabila anda adalah pak Amin?

Saking dermawannya pak Amin, satu persatu tetangga yang meminta ia berikan bibitnya. Kejadian ini jelas menimbulkan pertanyaan besar bagi Amir. Lantas, ia bertanya kepada bapaknya.

‘Pak, apa yang bapak lakukan? Bukankah kalau Bapak memberikan bibitnya, maka taman Bapak yang semula ‘luar biasa’ menjadi ‘biasa-biasa’ saja?’ tanya Amir.

‘Anakku, justru dengan membagikan keluarbiasaan kita pada orang lain, kita kan menjadi jauh lebih luar biasa’, jawab pak Amin sembari tersenyum.

‘Jawaban yang terlalu klise, Pak’

‘Kalau engkau menjadi Bapak, apa yang akan engkau lakukan, anakku?’

‘Tentu saja aku akan menyimpannya, dan menggunakannya sendiri untuk keperluanku’

‘Anakku, bagaimana sekiranya bunga anemone ini melahirkan keturunannya?’

‘Tentu saja dengan proses penyerbukan. Lantas kenapa Pak? Jangan mengalihkan pembicaraan, Pak!’ sungut Amir sembari cemberut.

‘Justru di situlah poinnya. Bunga anemone akan menyebarkan serbuk sari dan serbuk sari akan terbawa oleh angin. Sekarang bayangkan nak, apabila bunga anemone di sekitar kita tidak berkualitas baik, lantas apa yang terjadi?’ jawab pak Amin dengan bijak sambil tersenyum dan mengusap-ngusap kepala anaknya. ‘Bukankah itu berarti serbuk sari dari bunga yang kualitasnya kurang baik akan jatuh ke kepala putik dari bunga anemone kita? Lantas, kualitas keturunannya pun akan memburuk. Sangat jauh berbeda apabila….’

‘Aku mengerti, pak’ potong Amir. ‘Apabila bunga sekitar kita berkualitas sangat baik pula, tentunya akan meningkatkan kualitas keturunan dari bunga anemone yang kita miliki. Karena serbuk sari berkualitas baik akan bertemu dengan putik yang berkualitas baik, tentulah hasilnya akan menjadi jauh lebih baik’.

‘Betul nak. Pada umumnya kita sulit untuk berbagi. Namun percayalah, kita akan senantiasa kuat dengan menguatkan sekitar kita. Kita kan senantiasa maju dengan memajukan sekitar kita. Maka berbagilah selalu, nak’

Si anak pun tersenyum, sungguh bersyukur ia mendapatkan sebuah pembelajaran kehidupan yang luar biasa dari seorang ayah yang luar biasa. Ia pun mendekapkan ayahnya seerat-eratnya. Tanda bahwea sang ayah pun sukses menyebarkan serbuk sayang padanya.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Ikhsanun Kamil Pratama © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates