Senin, 02 Agustus 2010

Al-Quran kitab ulama??

Ayat-ayat Al-Quran bagaikan intan: setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut-sudut lainnya. Dan tidak mustahil, bila anda mempersilakan orang lain memandangnya, ia akan melihat lebih banyak ketimbang apa yang anda lihat’

Membumikan Al-Quran (M. Quraish Shihab)

Statement yang bagi saya sangat menarik. Statement yang menunjukkan keluasan ilmu yang terkandung di dalam Al-Quran dan juga menunjukkan tentang keuniversalitas Al-Quran. Sangat senada dengan firman-Nya

QS Al-Baqarah : 2

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,

Ya, Al-Quran ini memang bagi siapa saja yang bertaqwa, bagi siapa saja yang ingin mempelajari dan memahami isinya. Tidak hanya untuk ulama. Namun juga bagi dokter yang bertaqwa, insinyur yang bertaqwa, tukang becak yang bertaqwa. Al-Quran ini untuk semuanya yang bertaqwa. Al-Quran adalah media dialog kita dengan Allah.

QS An-Nisa (4) : 174

Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran).

QS An-Nisa (4) : 1

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

Bahkan, Al-Quran pun mengajak berdialog dengan mereka yang ‘tak bisa berucap’

QS An-Nahl (16) : 68

dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",

Jadi suatu kesalahan besar apabila ‘orang-orang awam’ seperti kita tidak diperbolehkan menafsirkan Al-Quran secara pribadi. Karena Al-Quran adalah kitab yang sangat unik. Makna yang terkandung di dalamnya sangat luas. Bahkan apabila pohon-pohon di bumi menjadi tinta untuk menulis ilmu-Nya, tidak akan habis-habisnya kalimat Allah saking luas ilmu-Nya

QS Luqman (31) : 27

dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Apakah Al-Quran hanya cocok untuk orang-orang yang berilmu tinggi?? Tentu tidak!! Bahkan Al-Quran sangat cocok untuk orang yang buta huruf. Rasulullah SAW adalah contoh nyatanya. Beliau dahulu adalah seorang yang ummi, namun beliau menjadi seorang ilmuwan yang sangat jenius karena diajari Al-Quran oleh Jibril.

QS Al-Jumu’ah (62) : 2

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,

Jadi, Al-Quran bukanlah objek atau tujuan. Tapi Al-Quran adalah sarana pendekatan menuju kebenaran. Sarana untuk menjadi lebih baik lagi.Tinggal bagaimana caranya kita mensucikan hati kita untuk mendapatkan makna dari Al-Quran. Bukan dari tafsir. Tafsir hanyalah alat bantu

QS Al-Waaqi’ah (56) : 77-79

Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.

Jadi sekali lagi saya ingin menyimpulkan bahwa Al-Quran adalah kitab untuk siapa saja. Tidak pandang suku, ras, bangsa, tingkat pendidikan, pekerjaan. Karena itulah, Al-Quran didesain mudah untuk kita pahami.

QS Al-Qamar (54) : 17,22,32, 40

dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?

Dengan sangat eksplisit Allah menyatakan tentang kemudahan mempelajari Al-Quran untuk diambil maknanya serta pertanyaan yang cukup tajam tentang siapakah yang berminat mengambil pelajaran tersebut.

Mungkin salah satu kendala yang menyebabkan ‘keengganan’ untuk mengambil makna dalam Al-Quran karena masalah bahasa. Banyak sekali pendapat ‘memahami Al-Quran harus bisa bahasa Arab’. Sadarkah kawan?? Pikiran seperti ini ‘mengharamkan’ orang-orang yang tidak bisa berbahasa Arab (termasuk saya, jujur saya tidak minat) untuk mendalami Al-Quran. Pantas saja bila ada non-muslim yang berpendapat ‘Tuhan orang Islam itu Tuhan orang berbahasa Arab’ bila pendapat seperti ini didoktrin secara turun temurun.

Mari kita simak QS Yusuf (12) : 1-2

Alif, laam, raa. ini adalah ayat-ayat kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah). Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.

Seringkali ayat ini membuat kita berpikir tentang ‘kemutlakan’ bahasa Arab. Namun, saya menangkap bahwa Allah ‘memintakita untuk memahami kenapa Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab. Ya jelas, karena Rasulullah adalah orang Arab. Masa sih Al-Quran dalam bahasa Indonesia sedangkan Rasulullah adalah orang Arab??

QS Fushshilat (41) : 44

dan Jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh"

Perhatikan pula ayat berikut ini

QS Asy-syua’raa (26) : 198-199

dan kalau Al Quran itu Kami turunkan kepada salah seorang dari golongan bukan Arab, lalu ia membacakannya kepada mereka (orang-orang kafir); niscaya mereka tidak akan beriman kepadanya.

Sekali lagi saya simpulkan, bahwa bahasa Arab bukanlah kunci untuk mengambil hikmah yang terkandung dalam Al-Quran. Tapi kuncinya adalah hati kita apakah hati kita ingin atau buta untuk menerima hikmah. Tidak perlu menguasai bahasa Arab untuk bisa mengambil hikmah yang ada di dalamnya. Bahasa adalah salah satu dimensi seperti sains yang bisa digali lebih lanjut secara terus menerus. Seperti ayat QS Al-Baqarah : 26 berikut ini

Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,

Saya mendapat info bahwa para ahli bahasa menemukan kalau penggunaan kata ‘nyamuk’ di atas telah berganti menjadi amoeba. Saya rasa inilah salah satu contoh bahwa bahasa adalah salah satu dimensi yang pelu digali dari kedokteran.

Maka saran saya, para alumni atau mahasiswa yang mengikuti program ‘Kebab’ DKM Asy-Syifa diharapkan untuk meng-eplore tentang kebahasaan ini dan bekerjasama dengan Medis (salah satunya) untuk perkembangan yang bisa lebih ‘meledak’.

to be continue….



bacaan yang menginspirasi :

Al-Quran

Membumikan Al-Quran (M. Quraish Shihab)

Memahami Al-Quran dengan metode Puzzle (Agus Mustofa)

Membela Allah (Agus Mustofa)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Ikhsanun Kamil Pratama © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates